Pojok Baca
28 Desember 2024Peserta Haflatul Hidzaq Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak Krandon (23/12)
PTYQA Krandon – Senin, 23 Desember 2024 sebanyak 24 santri khotimin pondok tahfidh yanbuul qur’an anak anak dari berbagai wilayah di Indonesia telah mengikuti wisuda Khotmil Qur’an / haflatul hidzaq.
Acara yang berlangsug khidmat ini di mulai dengan qoshidah sanad, khotmil qur’an, mauidhoh serta penyerahan sanad oleh Abuya KH Ulinuha Arwani. Wisuda yang bertempat di Aula Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Pusat ini dihadiri oleh pengasuh dan orng tua serta kelurga besar dari santri. Setiap anak yang diwisuda telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an sesuai dengan ujian seleksi ketat yang ditentukan oleh pondok yanbuul qur’an anak anak.
Baca Juga : Profil Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak – Krandon
Raut wajah gembira para tamu undangan seakan haru Ketika doa khotmil qur’an di lantunkan oleh anak yang masih belia. Mayoritas peserta Haflah /wisuda ini dari kelas 4-6 MI yanbuul quran
Dalam mauidhohnya Abuya Uliinuha Arwani beliau berpesan kepada santri bahwa hafalan yang sudah di dapat itu semua adalah fadhol (anugrah) dari alloh jadi santri harus pandai bersyukur atas semua yang telah di dapat. Jika sudah pandai bersyukur akan ada tambahan ilmu lainnya.
Baca Juga : Pendaftaran Santri Baru Pesantren Yanbu’ul Qur’an Tahun 2025 – 2025
Dalam sambutannya belau KH Ainun Naim, mengatakan bahwa “ini adalah awal perjuangan dan kalian masih punya tanggung jawab untuk menjaga hafalan itu. Semoga ke depan bisa lebih meningkatkan kemampuan pemahanan nilai al qur an untuk di jadikn karakter dalam kehariannya.”
Acara wisuda ini ditutup dengan doa bersama, serta pemberian syahadah dan foto bersama bagi setiap santri yang telah berhasil menyelesaikan hafalan mereka.
Ditulis oleh : Nurani [...]
Read more...
23 Desember 2024Yanbu’ul Qur’an adalah pesantren yang didirikan oleh KH. Muhammad Arwani Amin Said Kudus pada tahun 1973.
Pada masa awal berdiri pondok pesantren ini bergerak dalam pendidikan tahfidhul qur’an, masa demi masa pesantren ini berkembang dan melahirkan beberapa lembaga pendidikan mulai pendidikan tingkat anak – anak, tingkat remaja sampai tingkat dewasa.
Tahun 2024 total santri yang belajar di Yanbu’ul Qur’an berjumlah 3.288 santri, dari jumlah tersebut terdapat santri – santri dengan keadaan kurang mampu yang berjumlah 20 santri dengan biaya belajar dipondok sebesar 20.525.000/bulan
Baca Juga : Profil Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an
Memperhatikan hal itu, kami mengajak bapak, ibu, teman – teman untuk bersama dengan LAZIS Arwaniyyah menjadi Wali Asuh yang membantu menanggung biaya belajar santri Yanbu’ul Qur’an yang kurang mampu, agar semangat belajarnya terjaga serta cita – cita mulianya terwujud.
Berikut kami jelaskan tentang program Wali Asuh bersama Lazis Arwaniyyah :
Program Wali Asuh dibuka untuk umum
Wali Asuh akan menjadi donatur tetap
Batas waktu menjadi Wali Asuh ditentukan oleh donator
Besaran nominal santunan ditentukan oleh donator
Santunan bisa diberikan dengan cara :TunaiDatang ke Kantor Yayasan Arwaniyyah Kudus, Jl. KH. M. Arwani Kajeksan Kota Kudus.TransferBNI 412 888 111 1 atas nama Yakin Arwaniyyah, konfirmasi ke nomor : +62 811-955-944Scan BarcodeDownload Barcode (klik disini)
Mari bergabung bersama kami [...]
Read more...
22 Desember 2024Dewan Pengasuh beserta Pengurus Keluarga Alumni Yanaabii’ul Qur’an – KALAMIYA Periode 2024 – 2026 (18/12)
PTPA Yanaabii’ul Qur’an – Bertepatan dengan dzikrul hauliyah abah KH. Ma’shum AK ke-3 di Pondok Tahfidz Putri Anak-Anak (PTPA) Yanaabii’ul Qur’an dan dalam rangka mempererat jalinan silaturahim, Keluarga Alumni Yanaabii’ul Qur’an (KALAMIYA) menggelar acara Temu Alumni, Sarasehan dan Pelantikan Pengurus periode tahun 2024-2026 pada Rabu, 18 Desember 2024 di Aula PTPA Yanaabii’ul Qur’an.
Dalam acara tersebut sebanyak 18 orang telah dilantik menjadi pengurus. Ini merupakan kali pertama terbentuknya kepengurusan ikatan alumni di PTPA Yanaabii’ul Qur’an, sejak berdirinya pesantren pada tahun 2004 silam. Nama KALAMIYA sendiri disahkan sebagai nama ikatan alumni pada saat sarasehan yang bertepatan pada haul ke-2 K.H Ma’shum AK.
Serangkaian acara dimulai pukul 08.00 WIB dengan diawali prosesi pelantikan yang dipimpin oleh Bapak Drs. Ali Asyhari dilanjutkan dengan sambutan dari ketua terpilih KALAMIYA periode 2024-2026, Fatchiyyah Robiah Al Adawiyah, S.Hub.Int,. Dalam sambutannya ia menyatakan bahwa sebagai kepengurusan pertama, hal ini menjadi tantangan yang besar. Terlebih KALAMIYA merupakan ikatan alumni setingkat madrasah ibtidaiyah. Ia juga menambahkan diakhir kalimat, bahwa sebagai alumni pondok pesantren, tanpa adanya organisasi atau ikatan alumni maka kita akan kehilangan jaringan dan hubungan dengan sesama alumni serta pondok pesantren.
Baca Juga : Profil Pondok Tahfidh Putri Anak Yanaabii’ul Qur’an
Bapak H.M. Arif Sutarno S.Pd, M.Pd, selaku perwakilan penasihat KALAMIYA juga turut menyampaikan sambutannya. Beliau menekankan beberapa pesan bagi para alumni yaitu untuk menghidupkan organisasi, menjaga nama baik almamater serta selalu mendoakan dan menghormati para guru.
Acara dilanjutkan dengan sesi sarasehan alumni dengan tema “Menciptakan Kemandirian Alumni dalam Berorganisasi dan Bermasyarakat”. Tujuan dari sarasehan ini untuk menumbuhkan semangat berorganisasi dan berjejaring agar silaturahmi antar alumni lintas generasi selalu terjaga. Selain itu alumni juga dibekali ilmu dan pengalaman penting untuk berorganisasi dan bermasyarakat.
Dalam sarasehan ini, KALAMIYA turut mengundang narasumber yang berpengalaman dibidangnya yaitu Whasfi Velasufah, M.Si., Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) masa khidmat 2022-2025 dan Gus Ahmad Mundzir, S.Pd., M.Ag., Wakil Sekretaris PWNU Jawa Tengah sekaligus wartawan dan manajer media sosial NU Online.
Baca Juga : Menjadi Wali Asuh, Bukakan Pintu Masa Depan
Dalam materinya, Whasfi Velasufah berbagi pengalaman serta membekali alumni agar bagaimana organisasi dapat dijalankan secara mandiri, yaitu perlunya mandiri secara finansial dan memperkuat jaringan. Ia juga menekankan skill yang harus dimiliki oleh seorang organisatoris yaitu 4C: communicative, critical thinking, collaborative, dan creative. Dengan keempat bekal tadi organisasi dapat dijalankan secara mandiri dan tidak tergerus perubahan zaman.
Lebih lanjut, Gus Mundzir juga menyampaikan bahwa agar organisasi berhasil harus memiliki goals atau tujuan yang jelas dan terukur. Maka dari itu ia mengatakan perlunya meningkatkan sumber daya alumni dengan monitoring berbasis kebutuhan dan menjadikan organisasi sebagai wadah pergerakan supaya ada impact dan manfaatnya bagi alumni serta masyarakat.
Baca Juga : Pendaftaran Santri Baru Yanbu’ul Qur’an Tahun 2025 – 2026
Rangkaian acara kemudian ditutup dengan muqoddaman dan pembacaan tahlil yang ditujukan untuk tabarukan kepada almarhum pendiri pondok pesantren, K.H Ma’shum AK dan mendoakan seluruh keluarga pesantren yang telah mendahului.
Dengan diadakannya acara pelantikan sekaligus sarasehan ini diharapkan mampu menumbukan ghiroh berorganisasi sehingga tercipta alumni yang mandiri, produktif dan bermanfaat bagi alumni, almamater dan masyarakat secara luas. [...]
Read more...
19 Desember 2024KH. Nur KhamimLc, M.Pd. sedang memberikan sambutan saat acara Gebyar Turast Islami di Aula MA TPYQ 2 Muria (15/12)
PTPYQ 2 Muria – Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini merupakan momen berharga bagi santriyah untuk mengasah ketrampilan mereka di bidang kitab. “Kegiatan ini meningkatkan pengetahuan tentang kitab, kemampuan berbahasa, dan mengasah kreativitas kami,” kata Syahla Habibah, santriyah kelas XI-2.
Lebih dari itu, kegiatan ini melatih keahlian santri dalam membaca kitab, seperti yang disampaikan oleh Ketua Panitia, Ustadz Prima Kurnia Rahman, S.Ag. “Kegiatan ini Mengasah potensi dan keahlian para santri dalam membaca, memahami dan memperdalam kajian kitab salaf Islam, memberikan wadah bagi santri untuk berani tampil dan menunjukkan kemampuannya di depan publik, serta diharapkan dapat memperoleh keberkahan para Ulama’ serta dapat mencetak kader kader penerus perjuangan para Ulama’.” Tutur beliau.
Pengasuh pondok sekaligus kepala MA Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria, Abah KH. Nur khamim, Lc., M.Pd., menuturkan bahwa terwujudnya kegiatan ini terinspirasi oleh dua hal. Pertama, sesuai yang termaktub dalam Surah At-Taubah ayat 122, bahwa harus ada pembagian tugas dalam masyarakat. Sebagian harus menuntut ilmu dan mendalami agama Islam, supaya ajaran-ajaran agama dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif dan bermanfaat, sehingga kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan.
Menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat dan mengembangkan agama Islam, agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh semua lapisan masyarakat. Kemudian sesuai visi pondok penggalan pertama, “Terwujudnya hafidhoh Qur’ani amali”, yang berarti bahwa nilai nilai ayat Al-Qur’an yang sudah dihafal, harus diaplikasikan. Hal tersebut dapat terwujud apabila seseorang memiliki kemampuan memahami, menggali, mengistinbat, serta mengeksplorasi nilai hikmah makna dalam Al-Qur’an.
Kedua, Imam Syafi’i memiliki pengikut madzhab terbesar, karena Imam Syafi’i itu punjer, pusat. Setelah Nabi wafat, para sahabat hijrah. Ada sahabat yang berada di Madinah, sanad keilmuan Imam Syafi’i bersambung melalui sahabat Abdullah bin umar. Kemudian ada sahabat yang berada di Makkah, sanad keilmuan Imam Syafi’i bersambung melalui Sayyidina Abdullah bin Abbas. Selanjutnya, ada sahabat yang hijrah ke Iraq, sanad keilmuan Imam Syafi’i bersambung melalui Sahabat Abdullah bin Mas’ud. Itulah beberapa di antara rahasia Madzhab Syafi’i tersebar di mana mana.
“Hal hal seperti ini harus diketahui, melalui kajian kajian kitab. Salah satu ikhtiarnya, di antaranya melalui kegiatan ini. Akhirnya, selamat berkompetisi untuk menambah kompetensi kalian bidang pemahaman kitab dan Bahasa.” Tutur Abah KH. Nur khamim, Lc., M.Pd.
Pada tempat yang sama, Drs. KH. Abdul Manaf, Ketua Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria, juga mendukung penuh kegiatan ini. “Semoga kegiatan ini diberkahi dan diridhoi Allah, saya mengapresiasi kegiatan yang diselengggarakan. Semoga kegiatan ini menunjang, bermanfaat besar, karena mengkaji kitab, menjabarkan nilai hikmah Al Qur’an, sehingga harus dan wajib dipelajari.” Tutur beliau.(Ar/fid)
Penulis: Arofatul Ulya
Diambil dari : https://ptpyq2-muria.sch.id/2024/12/15/gebyar-turats-islami-ajang-asah-bakat-santri/
Tonton siarannya di Youtube : Yanbu’ul Qur’an 2 Muria [...]
Read more...
18 Desember 2024Santri Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Pusat Putra saat menjalankan Tes Tahap I Calon Khotimin Tahun 1446 (17/12)
PTYQ Putra – Sebagai salah satu tahapan penting dalam seleksi calon khotimin, Tes Simaan Pra Calon Khotimin Rajab telah dimulai. Tes ini diadakan dua kali dalam setahun, masing-masing pada bulan Safar dan Jumadilakhir. Pada periode Jumadilakhir kali ini, sebanyak 30 santri terdaftar untuk mengikuti tes ini yang bertujuan untuk mengukur kemampuan hafalan al-Qur’an mereka.
Tes simaan ini menguji kemampuan para peserta dalam membaca 30 juz al-Qur’an secara bil-ghaib dalam waktu yang telah ditetapkan. Dimulai selepas waktu Maghrib, peserta harus menyelesaikannya sebelum adzan Maghrib berkumandang pada hari berikutnya. Untuk tes kali ini, pelaksanaan dimulai pada malam tanggal 17 Desember 2024, dan telah berakhir pada sore tadi.
Tes simaan ini bukan hanya sekadar ujian hafalan, tetapi juga menjadi salah satu pintu utama bagi para santri untuk melanjutkan tahapan seleksi menuju tes simaan calon khotimin yang lebih tinggi. Mereka yang berhasil lulus dari tes kali ini akan diproyeksikan untuk mengikuti tes simaan calon khotimin pada bulan Rajab yang akan datang.
Pelaksanaan tes ini diharapkan dapat menjaring para santri yang benar-benar memiliki kapasitas untuk menjadi ‘Hamilul Qur’an’ yang mutqin. Di sisi lain, tes ini juga menjadi momen penting dalam menilai konsistensi para santri dalam menjaga hafalannya.
Keberhasilan dalam tes simaan ini tentu akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi setiap santri yang berhasil melewati ujian tersebut. Namun, lebih dari itu, tes ini juga mengajarkan pentingnya keikhlasan dalam menjalani proses panjang sebagai penghafal al-Qur’an. Menjadi ‘Hamilul Qur’an’ bukanlah sekadar gelar, melainkan sebuah tanggung jawab besar untuk menjaga dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an.
Selain itu, tes ini juga menjadi momentum bagi lembaga pendidikan pesantren untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan mereka. Karena dalam posisinya, pesantren memainkan peran strategis dalam mencetak generasi yang memiliki kedalaman ilmu agama yang kuat dan mampu mengamalkan isi al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, keberadaan tes simaan ini tidak hanya menguji hafalan, tetapi juga membentuk karakter dan dedikasi para santri terhadap al-Qur’an.
Semua peserta yang mengikuti tes ini berharap dapat meraih kelulusan dan melanjutkan langkah mereka untuk ke jenjang berikutnya. Dengan adanya tes seperti ini, diharapkan dunia pesantren dapat melahirkan generasi penerus yang lebih cakap dalam ilmu agama dan al-Qur’an.
Editor: Media Yanbu’ul Qur’an Pusat [...]
Read more...
7 Desember 2024Ustadz Afiful Lathif (Ketua I LMY Pasuruan) bersama Bapak Bhanad Shofa Kurniawan (Kepala Rutan) saat menandatangani MoU
PASURUAN – Rutan Kelas IIB Bangil terus berinovasi dalam memberikan pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan (WBP). Pada Selasa (03/12), telah dilaksanakan penandatanganan perjanjian kerjasama antara Rutan Bangil dan Lajnah Muroqobah Yanbu’a Daerah Pasuruan mengenai penyelenggaraan dan pelayanan pembinaan keagamaan baca tulis Al-Qur’an untuk WBP. Kegiatan ini berlangsung di Rutan Bangil dengan dihadiri langsung oleh Kepala Rutan, Bhanad Shofa Kurniawan, dan Ketua 1 Lajnah Muroqobah Yanbu’a Daerah Pasuruan, Ustadz Afiful Lathif.
CPNS Rutan Bangil, Dwi Cahya Firdaus, menyampaikan rasa syukur dan harapannya atas terjalinnya kerjasama ini. “Semoga program ini memberikan manfaat besar bagi warga binaan dalam meningkatkan keimanan dan kualitas hidup mereka ke depannya,” ungkapnya. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terciptanya inovasi ini.
Kepala Rutan Bangil, Bhanad Shofa Kurniawan, memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya yang dilakukan CPNS dan dukungan dari Lajnah Muroqobah Yanbu’a. “Kerjasama ini adalah langkah penting dalam mendukung pembinaan warga binaan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan metode yang terstandarisasi, saya optimis hasilnya akan lebih maksimal,” ucapnya.
Diambil dari : https://www.instagram.com/p/DDJnSgQTW3c/?igsh=Z3d2bHp1NzFnZXlz [...]
Read more...
5 Desember 2024Pemerintah Kelurahan Kajeksan dan Yanbu’ul Qur’an Pusat Bersinergi dalam Pengelolaan Sampah
Pengurus Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an bersama Bapak Mardi, S.AP dan staf saat prosesi penandatanganan MoU
Kudus– Pemerintah Kelurahan Kajeksan, bersama dengan Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Pusat, sebuah lembaga pendidikan yang berbasis di Kudus, Jawa Tengah, menjalin kerjasama dalam pengelolaan sampah untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Penandatanganan perjanjian kerjasama tersebut berlangsung di Balai Kelurahan Kajeksan, yang dihadiri oleh Lurah Kajeksan, Bapak Mardi, S.AP., Ketua Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Pusat, Moh. Abdansyakuro, serta Ketua Bank Sampah Sapikasihwara, M. Nurul Adha.
Kerjasama ini merupakan langkah strategis dalam mendukung upaya pengelolaan sampah di tingkat kelurahan sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan. Dalam perjanjian ini, pihak Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Pusat akan aktif berperan dalam edukasi kepada santri mengenai cara-cara pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, termasuk daur ulang dan pengolahan sampah organik.
Lurah Kajeksan, Bapak Mardi, S.AP., menyambut baik kerjasama ini dan berharap dapat meningkatkan kualitas lingkungan serta kesadaran masyarakat, khususnya para santri terhadap pentingnya pengelolaan sampah. “Dengan kerjasama ini, kami berharap dapat memberi dampak positif bagi masyarakat dan para santri, karena dengan program seperti ini akan semakin meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan santri sehingga besok ketika sudah pulang ke rumah masing-masing mereka telah siap bermasyarakat. Selain itu, kami juga ingin menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan ramah lingkungan bagi generasi mendatang,” ujar Bapak Mardi.
Ketua Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Pusat, Moh. Abdansyakuro, menyambut baik program pemerintah ini dan menyatakan dukungannya terhadap inisiatif pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Kelurahan Kajeksan. “Kami sangat mendukung upaya pemerintah dalam pengelolaan sampah ini. Sebagai lembaga pendidikan yang juga peduli terhadap pembentukan karakter, kami merasa penting untuk turut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan,” ujar Abdansyakuro.
Selain itu, kerjasama ini juga melibatkan Bank Sampah Sapikasihwara yang akan memberikan dukungan dalam hal pengelolaan sampah dan penerapan bank sampah di Kelurahan Kajeksan. Ketua Bank Sampah Sapikasihwara, M. Nurul Adha, menambahkan, “Bank Sampah Sapikasihwara akan membantu masyarakat dalam memilah sampah secara efektif dan mengedukasi mereka tentang pentingnya mendaur ulang sampah untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir.”
Beberapa program yang akan dilaksanakan dalam kerjasama ini meliputi pengelolaan sampah, serta penerapan sistem bank sampah yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi warga setempat. Dalam waktu dekat, kegiatan tersebut akan dilaksanakan di beberapa titik di Kelurahan Kajeksan. Sebagai informasi tambahan, saat ini di Kelurahan Kajeksan terdapat 68 rumah tangga dan 1 pesantren, yaitu Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Pusat yang telah bergabung menjadi mitra Bank Sampah Sapikasihwara.
Pemerintah Kelurahan Kajeksan berharap kerjasama ini dapat memberikan dampak positif bagi seluruh warga, termasuk para santri di Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Pusat. Dengan terlibatnya Bank Sampah Sapikasihwara, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami pentingnya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan menghasilkan manfaat sosial serta ekonomi yang berkelanjutan. Kerjasama ini diharapkan dapat terus berjalan dengan sukses dan membawa perubahan yang signifikan bagi kebersihan dan kelestarian lingkungan di Kelurahan Kajeksan.
Editor: Media Yanbu’ul Qur’an Pusat [...]
Read more...
11 Desember 2023PTYQ PutriAsrama dan R.Belajar07-12-2023
PTYQ PutriAsrama dan R.Belajar07-12-2023
PTYQ PutriAsrama dan R.Belajar07-12-2023
PTYQ PutriAsrama dan R.Belajar07-12-2023
PTYQ PutriAsrama dan R.Belajar07-12-2023
PTYQR BejenAsrama, Musola, R.Belajar07-12-2023
PTYQR BejenAsrama, Musola, R.Belajar07-12-2023
PTYQR BejenAsrama, Musola, R.Belajar07-12-2023
PTYQR BejenAsrama, Musola, R.Belajar07-12-2023
PTYQA KrandonMasjid dan R.Belajar07-12-2023
PTYQA KrandonMasjid dan R.Belajar07-12-2023
PTYQA KrandonMasjid dan R.Belajar07-12-2023
PTYQA KrandonMasjid dan R.Belajar07-12-2023
PTYQ MenawanDapur dan R.Makan07-12-2023
PTYQ MenawanDapur dan R.Makan07-12-2023
PTYQ MenawanDapur dan R.Makan07-12-2023
PTYQ MenawanDapur dan R.Makan07-12-2023
PTYQ MenawanDapur dan R.Makan07-12-2023
PTYQ MenawanDapur dan R.Makan07-12-2023
PTYQ MenawanRuang Belajar07-12-2023
PTYQ MenawanRuang Belajar07-12-2023
PTYQ MenawanRuang Belajar07-12-2023
PTYQ MenawanRuang Belajar07-12-2023
MUS YQ Lil BaninKwanaranGambar Rencana Gedung
MUS YQ Lil BaninKwanaran Gambar Rencana Gedung
MUS YQ Lil BaninKwanaran Gambar Rencana Gedung
Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’anGambar Rencana Gedung
Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Gambar Rencana Gedung
Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Gambar Rencana Gedung
NoUnitPembangunanTanggal MulaiRAB1PTYQ PutriGedung 3 Lantai : Asrama dan Ruang Belajar11/06/20234.194.280.0002PTYQR BejenGedung 3 Lantai : Asrama, Ruang Belajar dan Mushola06/07/20238.637.430.0003PTYQA KrandonGedung 2 Lantai : Masjid dan Ruang Belajar15/04/20233.949.228.0004PTYQ MenawanGedung 4 Lantai : Dapur dan Ruang Makan26/02/20234.743.486.0005PTYQ MenawanGedung 5 Lantai : Ruang Belajar04/10/20236.645.000.0006MUS-YQ KwanaranGedung 3 Lantai : Parkir, Asrama dan Ruang BelajarProses Menyusun Perencanaan6.427.380.0007Ma’had Aly YQGedung 6 Laintan : Parkir, Asrama, Ruang Kuliah dan MusholaProses Menyusun Perencanaan34.657.697.000
Salurkan Infaq – Shodaqoh Bapak Ibu melalui
NoNamaBANKNo rek1PTYQ PUTRIBNI41288877702PTYQ BEJENBNI41288822283PTYQ ANAK KRANDONBNI41288855584PTYQ MENAWANBNI41288833345MUSYQ KWANARANBNI41288844526MA’HAD ALY YANBU’UL QUR’ANBSI7722779988
atau bisa scan QR-Code berikut :
PTYQ Putri
PTYQR Bejen
PTYQA Krandon
PTYQ Menawan
MUSYQ Kwanaran
Kontak Pelayanan Seputar Pembangunan di Yanbu’ul Qur’an : +62 811-955-944 [...]
Read more...
22 November 2023Sertijab Pengurus KKG BK oleh KH. Ahmad Ainun Naim (Ketum YARWAKU) kepada Ust. M. Khoirudin Hamzah (ketua KKG BK)
KUDUS, ARWANIYYAH.com – Senin, 20 November 2023 pukul 09.00 WIB pengurus Yayasan Arwaniyyah Kudus mengadakan acara pelantikan pengurus kelompok kerja guru BK dan keamanan pondok unit, cabang Yayasan Arwaniyyah Kudus masa khidmah 2023-2026 M.
Masjid Markas lil Aitam Singopadon Singocandi Kota Kudus dipilih sebagai lokasi acara. Turut hadir dalam acara ini adalah KH. Ahmad Ainun Naim selaku Ketua Umum Yayasan Arwaniyyah Kudus, H. Soetjipto, BA dan Dr. H. Sukresno, S.H., M.Hum. selaku Pengawas Yayasan Arwaniyyah Kudus, KH. Moh Rif’an dan KH. Syaeun Adhim selaku Koordinator Pengawas Bidang Pendidikan Yayasan Arwaniyyah Kudus, dan segenap pengurus yang dilantik.
Selaku Ketua Umum Yayasan Arwaniyyah Kudus, KH. Ahmad Ainun Naim melantik Ustadz Moh. Khoiruddin Hamzah sebagai ketua pengurus kelompok kerja guru BK dan keamanan pondok unit, cabang Yayasan Arwaniyyah Kudus. Selain mengemban amanah baru, Ustadz Moh. Khoiruddin Hamzah saat ini juga berkhidmah sebagai Koordinator Keamanan MUS-YQ Kwanaran.
Dalam sambutannya, KH. Ahmad Ainun Naim berpesan kepada pengurus yang dilantik agar berkerja dan berkhidmah dengan sebaik-baiknya karena sejatinya saat pengurus dilantik berarti sudah berjanji kepada Allah Subhânahu Wata’âlâ.
Pelantikan pengurus ini bertujuan untuk melaksanakan proses bimbingan dan keamanan santri yang ada di pondok unit, cabang Yayasan Arwaniyyah Kudus. [...]
Read more...
15 November 2023Putra sulung Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bernama Al Qosim. Rosulullah memiliki nama kunyah yang dinisbatkan pada Al Qosim, yaitu Abul Qosim. Al Qosim lahir sebelum memasuki fase kenabian, dan beliau wafat pada fase itu pula. Beliau memiliki julukan ibnu sanatain, karena beliau hanya hidup selama 2 tahun saja.
Putra yang ke dua bernama Abdullah, Abdullah mendapat julukan At-thoyyib dan At-thohir. Beliau lahir setelah memasuki fase kenabian. Sebagian ulama berpendapat bahwa kelahiran Abdullah bin Rosulillah sebelum masuk fase kenabian. Sebagian ulama juga ada yang berpendapat bahwa At-thohir bukanlah julukan untuk Abdullah, julukan yang disematkan pada beliau hanyalah At-thoyyib.
Mulai yang ke tiga, terlahir anak perempuan Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau adalah Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Fathimah Radiyallahu ‘Anha. Semua putri Rosulullah menjumpai periode islam dan ikut serta Rosulullah berhijrah.
Ke-enam keturunan Rosulullah tersebut berasal dari Ummuna Khadijah Al Kubro Radiyallahu ‘Anha.
Ibrahim merupakan seorang putra Rosullah yang berasal dari Ummuna Maria Al Qibthiyyah, beliau lahir di Madinah. Beliau disebut sebagai Ibnu Sab’ina Lailah, yakni seorang anak laki-laki yang hidup selama 70 malam. Adapula pendapat yang mengatakan tujuh bulan, ada pula yang berpendapat delapan bulan.
Semua putra-putri Rosulullah wafat pada masa hidup Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kecuali Hubabah Sayyidatuna Fathimatuzzahro Al Batul, yang mana beliau wafat 7 bulan setelah Rosulullah wafat.
Terhitung dari urutan kelahiran putri Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka Hubabah Sayyidatuna Zainab merupakan putri sulung Rosulullah. Beliau menikah dengan Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’. Setelah Abul ‘Ash masuk islam, beliau dikaruniai anak yang diberi nama Ali bin Abil ‘Ash wafat diusia dini. Putri yang terlahir kedua adalah Umamah, seorang cucu Rosulullah yang pernah digendong oleh Rosulullah dalam sholatnya.
Setelah bibinya wafat (yakni Sayyidah Fathimatuzzahro Al Batul/red), beliau (Sayyidah Umamah) dinikahi oleh Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah atas dasar wasiat dari Sayyidah Fathimah. Setelah status Sayyidah Umamah tidak menjadi istri Sayyidina ‘Ali, beliau dinikahi oleh Al Mughiroh bin Naufal bin Al Harits bin Abdul Muttholib dan dikaruniai seorang putra bernama Yahya. Sayyidah Umamah wafat dengan masih menyandang status sebagai istri Al Mughiroh.
Hubabah Sayyidatuna Fatimatuzzahra Al Batul Radiyallahu ‘Anha menikah dengan Sayyiduna Ali Karamallahu Wajhah. Beliau dikaruniai 3 putra yakni Hasan, Husain dan Muhsin Radiyallahu ‘Anha. Muhsin wafat diusia dini. Selain ketiga putra tersebut beliau juga dikaruniai 3 putri yakni, Ruqayyah, Zainab, dan Ummu Kultsum. Ruqayyah binti Ali wafat sebelum memasuki usia baligh.
Zainab binti Ali menikah dengan Abdullah bin Ja’far dan dikaruniai putra bernama Ali bin Abdullah, yang kemudian wafat dalam kurun waktu yang singkat.
Ummu Kultsum binti Ali menikah dengan Sayyiduna Umar bin Khattab, beliau dikaruniai putra bernama Zaid. kemudian setelah berpisah dengan Sayyiduna Umar, beliau Sayyidah Ummu Kultsum menikah dengan Auf bin Ja’far. Kemudian, setelah statusnya sudah tidak menjadi istri Auf bin Ja’far, beliau menikah dengan saudara Auf, yaitu Abdullah bin Ja’far.
Adapun Ruqayyah binti Rasulillah menikah dengan Sayyiduna Utsman bin Affan, dan dikaruniai putra bernama Abdullah. Beliau wafat bersamaan dengan datangnya berita gembira yang dibawa oleh Zaid berupa kemenangan Perang Badar. Setelah wafatnya Sayyidah Ruqayyah, Sayyiduna Utsman menikahi Ummu Kultsum binti Rasulillah, yang merupakan saudara kandung Sayyidah Ruqayyah. Sayyidah Ummu Kultsum wafat di sisi Sayyiduna Utsman pada bulan Sya’ban tahun 9 H. [...]
Read more...
8 November 2023Oleh : Ulfah
Tahun 2023 Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Putri Pusat menyelenggarakan Haflatul Hidzaq ke-36 yang diikuti oleh 78 khotimat. haflatul hidzaq kali ini merupakan Haflatul Hidzaq dengan jumlah peserta terbanyak.
Untuk bisa menyandang status muhtafilat di PTYQ Putri Pusat harus melalui banyak tahapan. Puncak tahapan yang harus dilalui adalah dengan mengikuti tes semakan 30 juz sebanyak 2 tahap, yaitu tes semakan tahap awal dan tahap akhir.
Tes tahap awal merupakan simulasi dari tes tahap akhir. Prakteknya hampir sama, yakni sama-sama membaca 30 juz secara bil hifdhi. Hanya saja pada tes tahap awal semakan 30 juz dinilai oleh ustadzah badal dan alumni, tidak menggunakan mikrofon, dan durasi waktunya lebih banyak. Sedikit berbeda dengan tes tahap awal, tes tahap akhir dirasa lebih sakral. Disemak 30 juz bil hifdhi yang dinilai langsung oleh masyayikh. Tidak semua peserta yang mengikuti tes bisa diluluskan. Maka dalam menghadapi tes tersebut, selain dengan memaksimalkan nderesnya, para peserta tes mengiringi usahanya dengan ragam tirakat dan do’a.
“Memang tes di YQ penuh misteri. Tidak bisa ditebak. Tapi yang pasti saya lulus bukan sebab saya bisa, ini adalah hasil do’a-do’a dari Ibu saya. Karena memang pada saat saya tes, mulai dari habis subuh sampai saya selesai tes Ibu saya tidak putus membaca sholawat yang dikhususkan untuk saya.” Ujar salah seorang muhtafilat.
Kesuksesan tiap orang ditentukan oleh banyak hal yang mempengaruhinya. Selain faktor internal dari dirinya sendiri, pastinya faktor eksternal yang bersinggungan dengannya juga sangat mempengaruhi.
“Sebagai orang tua, harus dijaga ucapannya kepada anak. Jangan sampai kita menjatuhkan anak-anak kita saat mengalami kegagalan. Anak itu jangan dihardik. Tapi dimotivasi, diberi semangat, kalau perlu diberi reward dalam setiap pencapaiannya. Karena ucapan orang tua, terlebih ucapan seorang ibu pada anaknya itu menjadi doa yang paling mustajab.” Ujar Ibu Nur Maudlu’ah, seorang alumni PTYQ Pusat sekaligus wali santri muhtafilat tahun ini.
“Memang setiap orang tua kalau mendapati anaknya gagal itu rasanya sakit sekali, tapi kita nggak boleh membuat anak kita semakin terpuruk. Bantu anak-anak kita untuk bangkit lagi, untuk semangat lagi. Dengan cara dinasehati, diingatkan dengan tujuan utamanya ngaji, dan jangan lupa untuk selalu didoakan setiap hari. Tidak perlu berdoa pengen punya anak yang hebat yang istimewa, tapi berdoalah untuk diberi anak yang sholeh dan sholehah. Begitu pesen Ummi Ishmah pada saya.” Tambah beliau pada kru redaksi.
Selain peran orang tua, peran guru juga sangat mempengaruhi kesuksesan santri. “Menghadapi anak-anak yang beragam karakternya, sebagai usatadzah kita harus punya banyak jalan pintas untuk membangun semangat mereka. Semua orang itu bisa kalau mau berusaha, sekalipun orang tersebut kadar IQ nya biasa-biasa saja. dan yang paling penting sebagai ustadzah, kita harus sabar dan telaten dalam membersamai anak-anak. Menuntut perfect kualitas ngaji anak itu boleh-boleh saja, tapi juga harus dibarengi dengan pengertian dan mau memahami keadaan mereka. Misal mereka masih glodakan, bisa dengan disuruh mengulang-ngulang diwaktu itu juga dihadapan kita hingga mereka lancar. Kan biasane anak-anak kalau disuruh ngulangi dikamar tanpa kita awasi itu banyak malesnya.” Jelas Sayyidah Fathimah Quraisyin, seorang alumni YQ
Dalam melalui tahapan prosesnya, setiap individu memiliki jalannya masing-masing. Nyaris tidak ada yang sama, baik dari segi cobaan, tingkat kesulitan hingga hasil pencapaian. Ada yang bisa meraihnya dengan mudah, adapula yang harus jatuh bangun untuk bisa sampai pada titik yang sama.
Sebagaimana dhawuh maha guru kita yang begitu fenomenal, cobone wong dewe-dewe. Setiap individu memiliki kadar cobaan masing-masing. Mengeluh atas cobaan itu manusiawi, sebagaimana ketika kita mengalami penurunan performa, misalnya ketika ngaji glodakan, munculnya rasa minder yang berlebihan hingga berujung melemahkan, maka semestinya hal itu tidak perlu kita pelihara. Justru jadikan cobaan yang menimpa sebagai cambuk semangat untuk meraih asa.
“Karena ngaji Al Qur’an itu tidak bisa dipatok dengan rasio. Tidak tentang 1+1 = 2, melainkan ngaji Al Qur’an itu perjalanan yang penuh dengan rahasia dan misteri.” Ujar Siti Shofiyyah Ali salah seorang peserta Haflatul Hidzaq tahun ini.
“Ketika sudah berkomitmen menjadi penghafal Al Qur’an, maka harus bisa memprioritaskan Al Qur’an. Sesibuk apapun harus tetap nderes. Jangan jadikan kesibukan menjadi alasan untuk tidak nderes.” Tambahnya lagi pada kru redaksi.
“Kalau memang sangat sibuk, maka pilih salah satu waktu yang dirasa efisien khusus untuk bersama Al Qur’an. Waktu pakem yang gak boleh ada hal lain yang diprioritaskan selain Al Qur’an.” Ujarnya lagi.
Pada kesempatan Haflatul Hidzaq tahun ini, Gus Baha’ seorang ulama’ ahli tafsir dari Rembang menyitir sejarah Ummuna Sayyidah Khadijah. Ummuna Sayyidah Khadijah Al Kubro merupakan perempuan cerdas yang berwawasan sangat luas, beliau memahami kitab-kitab samawi, sehingga beliau paham betul ciri-ciri Nabi yang akan datang di akhir zaman. Maka ketika suaminya menerima wahyu pertama dengan getar tubuh yang luar biasa, Ummuna Khadijah Al Kubro menenangkan beliau dengan keilmuannya, meyakinkan bahwa tidak akan ada hal bahaya yang menimpanya.
“Dulu saya pernah diajak Mbah Moen ngaji di Lasem, waktu itu beliau cerita dimasa penjajahan Jepang, saat ulama’ jawa berkumpul, mereka mengatakan bahwa Indonesia akan terlepas dari penjajahan Jepang, mereka mengutip permulaan ayat dalam surat ar-rum. غلبت الروم. Tak berselang lama, Indonesia benar-benar merdeka. Memang dalam ayatnya yang dikatakan akan menang itu Romawi, lalu apa hubungannya dengan negara Indonesia? Jadi Romawi merupakan negaranya orang-orang yang beriman, sedangkan persia negaranya orang-orang yang tidak beriman. Begitu pula Indonesai merupakan negaranya orang-orang yang beriman dan jepang mayoritas penduduknya tidak beriman. Saking ‘alimnya orang-orang dahulu pada ayat-ayat Al Qur’an, hingga mereka bisa menarik kesimpulan dari ayat tersebut bahwa yang percaya pada kekuatan langit pasti akan mengalahkan yang tidak mempercayai kekuatan langit.” Terang Gus Baha’ pada mau’idhohnya.
Dari kedua kisah tersebut menyiratkan motivasi agar kita tidak berhenti mempelajari Al Qur’an. kita perlu mempelajari Al Qur’an dari dimensi lainnya seperti tafsir, fiqih, maupun sains.
Sabda Baginda Nabi, Khoirukum Man Ta’allamal Qur’an wa ‘allamah. Pelajar Al Qur’an sudah diberi predikat istimewa oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, maka semestinya sebagai shohibul qur’an, harus ada kiat untuk menjadi cerdas dan berwawasan luas.
(ulfah.fr, andme/red) [...]
Read more...
1 November 2023Pertemuan ke-14 : Putra dan Putri Rasulullah
KUDUS, ARWANIYYAH.com – Pertemuan ke-14 Ngaji Kitab Tarikhul-Hawadits wal-Ahwal an-Nabawiyah bersama K.H. Riqza Ahmad, SQ., M.A. terlaksana pada malam Ahad, 28 Oktober 2023 bertepatan dengan 13 Rabiul Akhir 1445 H. Ngaji rutinan setiap malam Ahad akhir bulan ini disiarkan secara live streaming di akun YouTube Santrisae pada pukul 19.30 WIB (bakda Isya) dan bertempat di ndalem K.H. Riqza Ahmad, SQ., M.A. Berikut adalah ringkasan pengajiannya:
Nabi Muhammad SAW memiliki beberapa putra dan putri. Putra pertama Nabi Muhammad bernama Sayyid Al-Qasim. Oleh karena itu, Rasulullah juga dijuluki Abul-Qasim. Sayyid Al-Qasim lahir pada saat Nabi Muhammad belum menerima risalah kenabian dan wafat ketika berusia dua tahun.
Putra kedua bernama Sayyid Abdullah. Sayyid Abdullah memiliki julukan Ath-Thayyib dan Ath-Thâhir. Beliau dilahirkan setelah Nabi Muhammad menerima risalah. Menurut pendapat lain, Sayyid Abdullah dilahirkan sebelum Nabi menerima risalah. Terkait julukan Sayyid Abdullah, ada yang berpendapat bahwa julukan beliau hanya Ath-Thayyib, tidak ada julukan Ath-Thâhir.
Selain kedua putra yang telah disebut di atas, Rasulullah juga memiliki beberapa putri. Seluruh putri Nabi Muhammad lahir setelah Rasulullah menerima risalah, sehingga mereka memeluk agama Islam. Mereka juga pernah hijrah bersama Nabi. Putri-putri Rasulullah tersebut dilahirkan oleh Sayyidah Khadijah Radhiyallâhu ‘Anhâ.
Putri tertua Rasulullah bernama Sayyidah Zainab. Beliau menikah dengan Abu al-‘Ash bin al-Rabî’ yang telah masuk Islam. Dari pernikahan tersebut, Sayyidah Zainab melahirkan seorang anak bernama ‘Ali yang kemudian meninggal saat usianya masih belia. Kemudian Sayyidah Zainab melahirkan seorang anak lagi yang bernama Umamah. Umamah inilah cucu Rasulullah yang pernah beliau gendong saat shalat.
Setelah bibinya wafat (Sayyidah Fathimatuzzahro), beliau (Sayyidah Umamah) dinikahi oleh Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah atas dasar wasiat dari Sayyidah Fathimah. Setelah status Sayyidah Umamah tidak menjadi istri Sayyidina ‘Ali, beliau dinikahi oleh Al Mughiroh bin Naufal bin Al Harits bin Abdul Muttholib dan dikaruniai seorang putra bernama Yahya. Sayyidah Umamah wafat dengan masih menyandang status sebagai istri Al Mughiroh.
Putri Rasulullah yang selanjutnya adalah Sayyidah Ruqayyah. Beliau dinikahi oleh Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan. Sayyidah Ruqayyah melahirkan anak bernama Abdullah. Sayyidah Ruqayyah meninggal saat Zaid bin Haritsah datang membawa kabar gembira atas kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar. Kemudian Sayyidina Utsman menikahi saudari Ruqayyah, yaitu Sayyidah Ummu Kultsum. Sayyidah Ummu Kultsum meninggal di sisi Utsman pada bulan Sya’ban tahun 9 Hijriah.
Putri bungsu Rasulullah adalah Sayyidah Fatimah. Beliau dinikahi oleh Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib. Dari pernikahan tersebut Sayyidah Fatimah memiliki beberapa putra dan putri, yaitu Sayyidina Hasan, Sayyidina Husain, dan Sayyidina Muhsin Radhiyallahu ‘Anhum. Hanya saja, Sayyidina Muhsin wafat saat usianya masih kecil. Kemudian Sayyidah Fatimah melahirkan beberapa putri yang bernama Sayyidah Ruqayyah, Sayyidah Zainab, dan Sayyidah Ummu Kultsum. Putri Sayyidah Fatimah yang bernama Sayyidah Ruqayyah wafat sebelum mencapai usia balig. Adapun Sayyidah Zainab –putri Sayyidah Fatimah– dinikahi oleh Abdullah bin Ja’far dan melahirkan putra yang bernama ‘Ali. Hanya saja, lahir dalam keadaan meninggal. Sedangkan Sayyidah Ummu Kultsum yang juga merupakan putri Sayyidah Fathimah dinikahi oleh Sayyidina Umar bin al-Khaththab. Dari pernikahannya dengan Sayyidina Umar, Sayyidah Ummu Kultsum melahirkan anak bernama Zaid. Kemudian kedudukan Umar sebagai suami digantikan oleh ‘Auf bin Ja’far, kemudian digantikan lagi oleh saudaranya, yaitu ‘Abdullah bin Ja’far.
Putra Nabi yang selanjutnya adalah Sayyid Ibrahim. Beliau dilahirkan oleh istri Rasulullah yang bernama Mâriyah al-Qibthiyyah di Madinah. Hanya saja, beliau wafat pada malam ketujuh puluh setelah hari kelahirannya. Namun, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa beliau hidup hingga menginjak usia tujuh bulan atau delapan bulan. Semua putra dan putri Nabi meninggal ketika Nabi masih hidup, kecuali Sayyidah Fatimah. Sayyidah Fatimah wafat tujuh bulan setelah wafatnya Rasulullah. [...]
Read more...
31 Oktober 2023Rohmaya Putri Wilayah Barat foto bersama dengan pengasuh PTYQ saat acara silaturrahim di depok (29/10/23)
DEPOK, ARWANIYYAH.com – Acara Silaturahmi Robithotul Huffadh Li Ma’had Yanbu’ul Qur’an (ROHMAYA) Wilayah Barat terlaksana pada hari Sabtu-Ahad, 28-29 Oktober 2023 di Pondok Pesantren Madinatul Qur’an, Depok asuhan Ibu Nyai Maria Ulfa, yang merupakan alumni Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus.
Peserta yang hadir dalam acara ini berasal dari berbagai wilayah, di antaranya dari Kalimantan, Tegal, Brebes, Cirebon, Bandung, Garut, Karawang, Bekasi, Tangerang, dan Rangkas Pandeglang Banten.
Pada hari pertama, yakni Sabtu, 28 Oktober 2023 terdapat agenda acara berupa mudarosah bil-ghoib dan muqoddaman. Dalam mudarosah bil-ghoib ini terlaksana satu kali khataman dan saat muqoddaman terlaksana dua kali khataman Al-Qur’an.
Pada hari berikutnya terdapat beberapa acara, meliputi pembacaan kalam Ilahi, khataman Al-Qur’an, pembacaan tahlil, pembacaan sanad, sambutan-sambutan, mauidhah hasanah, doa penutup, dan diakhiri dengan mushâfahah. Sambutan pertama dibawakan oleh ketua ROHMAYA Wilayah Barat, kemudian disusul dengan sambutan dari shohibul-bait (tuan rumah).
Adapun mauidhah hasanah disampaikan oleh K.H. M. Ulil Albab Arwani selaku Pimpinan Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an. Dalam mauidhah hasanah tersebut beliau menerangkan keutaman – keutaman Al-Qur’an juga berpesan kepada seluruh hadirin untuk berhati – hati agar tidak melalukan kekufuruan, bid’ah yang menyesatkan dan perbuatan dosa besar.
Pada kesempatan itu, beliau juga berpesan agar semua anggota ROHMAYA untuk menggunakan hak pilihnya besok saat pemilu (jangan golput), serta agar memilih pemimpin yang adil serta memperjuangkan agama Islam.
Selain bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar alumni Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an yang berada di wilayah barat, acara ini juga bertujuan mengirimkan doa untuk Simbah K.H. Arwani Amin, Simbah Nyai Hj. Naqiyul Khod, serta Ummi Hj. Noor Ismah. [...]
Read more...
28 Oktober 2023Pengurus Yayasan Arwaniyyah Kudus Bersama Direksi PT Buya Barokah Saat Tasyakuran Peletakan Batu Pertama Pabrik Baru Di Kuningan
KUNINGAN, ARWANIYYAH.com – Jumat, 28 Oktober 2023, PT Buya Barokah melakukan ekspansi bisnis AMDK KH-Q dengan mengadakan acara peletakan batu pertama pembangunan pabrik AMDK KH-Q yang berlokasi di jalan Linggarjati, Cibeureum, desa Setia Negara, Dukuh Kliwon, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
Acara ini dihadiri oleh K.H. Mc. Ulinnuha Arwani, K.H. M. Ulil Albab Arwani, K.H. A. Ainun Naim, K.H. Riqza Ahmad, S.Q., M.A., K.H. Ahmad Nashiih, S.Ag., ibu lurah Setia Negara, Babinsa, Babinkamtibmas, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Setia Negara, serta rombongan dari PT Buya Barokah divisi AMDK.
Acara dibuka pada pukul 09.00 WIB oleh pembawa acara, yakni K.H. Ahmad Nashiih. Kemudian dilanjutkan dengan iftitâhul-majlis oleh Pengasuh Pondok Tafidh Yanbu’ul Qur’an, K.H. Mc. Ulinnuha Arwani. Setelah pembacaan iftitâhul-majlis, disusul dengan pembacaan manâqib oleh K.H. Riqza Ahmad selaku Direktur PT Buya Barokah. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pembacaan shalawat Fî Hubbi Sayyidina Muhammad atau doa rasul oleh Ketua Umum Yayasan Arwaniyyah, yakni K.H. Ainun Na’im. Kemudian ditutup dengan doa oleh K.H. M. Ulil Albab Arwani selaku Pimpinan Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an.
Perlu diketahui bahwa PT Buya Barokah divisi AMDK didirikan pertama kali di desa Singocandi Kota Kudus. Lalu pada tahun 2020 PT Buya Barokah pindah ke pabrik baru yang terletak di jalan raya Bae – Gondangmanis kec. Bae Kab. Kudus. [...]
Read more...
25 Oktober 2023Pengurus Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus Saat Presentasi di Hadapan Majelis Masyayikh di Jakarta
JAKARTA, ARWANIYYAH.COM – Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus memenuhi undangan Majelis Masyayikh di Kantor Majlis Masyayikh di Jl. Sukabumi No.27, RW.7, Menteng, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10310, untuk mempresentasikan Rencana Induk Pengembangan Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus.
Dalam pertemuan ini, hadir secara langsung dari pihak Majelis Masyayikh, yaitu: Ketua Majelis Masyayikh KH Abdul Ghaffar Rozin M.Ed, Sekretaris Majelis Masyayikh KH Dr. Muhyiddin Khotib, para anggota Tim Ahli antara lain KH Hatim Ghazali, KH Abdul Waid. Sedangkan yang menghadiri undangan dari pihak Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus adalah: KH Ahmad Nashih SQ S.Ag selalu Mudir Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an, KH Nizanul Falih Lc MA dan Dr. Sahal Mahfudh, M.Pd yang merupakan Biro Akademik Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Nashih menjelaskan dan mempresentasikan tentang sejarah singkat berdirinya Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an, sejarah singkat berdirinya Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an, profil, kualifikasi dosen, potensi input mahasantri baru, keselarasan jurusan dengan karakteristik pesantren, serta rencana-rencana strategis ke depan untuk Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an.
“Pemilihan Jurusan Al Qur’an wa Ulumuhu dengan Takhassus Ilmu Qiraat, tentu merupakan karakteristik keilmuan yang ada dan diwariskan oleh pendiri Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus yaitu Simbah KH Muhammad Arwani Amin Said. Sekalipun Mbah Kiai Arwani juga Ahli Thariqah, dan mendapatkan sanad Thariqah dari KH Manshur Popongan. Mbah Kiai Arwani juga Ahli Kitab dan Ahli Hadits, yang mendapatkan sanad langsung dari Hadhrotus Syekh Hasyim Asy’ari. Akan tetapi, Mbah Kiai Arwani lebih masyhur sebagai Ahli Al Qur’an dan Ahli Qiraat, lebih-lebih, beliau juga menulis karya yang luar biasa di bidang Ilmu Qiraat, yaitu Faidhul Barakat fi Sab’il Qiraat.” Ungkap Kiai Nashih.
Kiai Rozin selalu Ketua Majelis Masyayikh mengungkapkan bahwa Ma’had Aly berbeda dengan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam,“Ma’had Aly sangat berbeda dengan Sekolah Tinggi. Ma’had Aly bukanlah PTKI, akan tetapi Ma’had Aly merupakan pendidikan tingkat tinggi yang khas Pesantren. Maka nilai-nilai, tradisi, turats dan khazanah keilmuan yang khas Pesantren harus selalu dijaga, jangan sampai luntur, utamanya oleh Ma’had Aly, sehingga Ma’had Aly mampu mengantarkan para mahasantri memiliki Profil Santri Indonesia, yang memiliki semangat belajar sepanjang hayat, rahmatan lil alamin, berakhlaqul karimah, tangguh dan mandiri, berperikemanusiaan, memiliki ilmu yang bermanfaat, peduli terhadap lingkungan dan cinta tanah air.”
Sekretaris Majelis Masyayikh KH Dr Muhyiddin Khotib juga berkomentar bahwa, “Salah satu ciri khas Ma’had Aly ini adalah bahwa Ma’had Aly merupakan perguruan tinggi khas Pesantren yang akan memproduksi banyak ulama. Perkuliahan berbasis Kitab Kuning, sehingga hal ini akan melahirkan keberkahan.”
Kiai Hatim Ghazali mengapresiasi pendirian Ma’had Aly di lingkungan Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus, dengan berkata. “Saya kira akan sangat menarik jika Yanbu’ul Qur’an memiliki Ma’had Aly, yang mampu mempersiapkan mahasantri, tidak hanya hafal Al-Qur’an, tetapi juga faham tentang Ulumul Qur’an. Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an ini diharapakan menjadi prototype pendidikan pasca tahfidh, yang membekali para Huffadh Al Qur’an dengan penguasaan Turats yang mendalam, seorang Hafidz Al Qur’an, Ahli Qiraat, sekaligus Alim kitab kuning.”
Setelah dilakukan pertemuan dan verifikasi dengan Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus, Majelis Masyayikh akan menerbitkan rekomendasi yang ditujukan kepada Kementerian Agama Republik Indonesia bahwa Ma’had Aly ini sudah layak untuk beroperasi dan diberikan izin operasional. [...]
Read more...
27 September 2023Dari kiri H. M.Nizanul Falih, Lc., M.A., H. Abdul Aziz Sidqi, S.Ag., M.Ag, Ahmad Sahal Mahfudh, M.Pd., dan Muhammad Musaddad, M.A. saat serah terima berkas MoU MAYQ dengan LMPQ (Senin, 25 September 2023)
JAKARTA, ARWANIYYAH.com – Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus mengadakan kunjungan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang memiliki konsentrasi di bidang kajian al-Qur’an, yaitu: IIQ (Institut Ilmu Al-Qur’an) Jakarta, Universitas PTIQ Jakarta dan LPMQ (Lajnah Pentashihan Mushaf al Qur’an) Kementrian Agama Republik Indonesia. Ada beberapa poin penting yang diusung dalam kunjungan kerjasama Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus ini.
Pertama, poin tentang studi lanjut tingkat S2 (Magister) bagi lulusan Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an, baik di IIQ Jakarta maupun PTIQ Jakarta. Kerjasama terkait hal ini merupakan poin yang sangat penting, mengingat bahwa pada saat ini, tidak semua Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia berkenan untuk menerima lulusan Ma’had Aly. Selain itu, IIQ dan PTIQ dipandang memiliki kapasitas dan kapabelitas di dalam program Magister dan Doktoral dalam Kajian Ilmu al Qur’an, khususnya dalam bidang Ilmu Qiraat, yang sesuai dengan Jurusan dan Konsentrasi yang terdapat di Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus.
Kedua, poin tentang studi lanjut tingkat S3 (Doktoral) dan S2 (Magister) di bidang Ilmu al Qur’an dan Tafsir bagi para dosen Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus. Kerjasama tentang hal ini penting untuk dilakukan, sebagai penguatan SDM (Sumber Daya Manusia) tenaga pengajar di Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus. Kerjasama yang ditawarkan adalah pelaksanaan perkuliahan program doktoral untuk dosen di Jurusan Ilmu al Qur’an dan Tafsir secara online atau daring.
Foto bersama pengurus MAYQ dengan Direktur, Rektor dan para pakar IIQ Jakarta (Senin, 25 September 2023)
Ketiga, poin tentang kerjasama dalam program KKL (Kuliah Kerja Lapangan) para mahasantri Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus di Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an Kemenag RI, Universitas PTIQ maupun IIQ Jakarta. Kerjasama program KKL di LPMQ, PTIQ maupun IIQ ini bisa berbentuk kuliah singkat, magang sebagai asisten pegawai atau asisten dosen, maupun mengikuti perkuliahan selama beberapa waktu di lembaga-lembaga tersebut.
Keempat, poin tentang kerjasama dalam bidang kuliah umum atau Muhadharah ‘Ammah yang rutin diselenggarakan oleh Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an di setiap awal semester, dimana narasumber yang mengisi kegiatan tersebut bisa dimohonkan dari LPMQ. PTIQ maupun IIQ Jakarta, dengan harapan lembaga-lembaga tersebut berkenan untuk membantu dalam mensupport acara Muhadharah ‘Ammah baik secara materil maupun immateril.
Pada perjalanannya, rombongan Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus diterima secara baik oleh civitas akademika IIQ, PTIQ dan jajaran pegawai LPMQ Kemenag RI.
Di IIQ Jakarta, rombongan Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus diterima secara langsung oleh Rektor IIQ dan Direktur Pascasarjana IIQ: Dr. Hj. Nadjematul Faizah, SH, M.Hum. dan Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, M.A. Hadir pula dalam penyambutan MAYQ, para pakar di bidang Ilmu al Qur’an dan Qiraat: Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Takhassus IIQ Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., M.A., dan juga penulis Kitab Manba’ul Barakat fi Sab’il Qira’at Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag.
Di Universitas PTIQ Jakarta, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Made Saihu, M.Pd.I menyambut baik tawaran kerjasama yang diajukan oleh Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus. Beliau siap untuk membantu agar MoU (Memorandum of Understanding) dan MoA (Memorandum of Agreement) antara Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus dengan Universitas PTIQ bisa segera terjalin dan terealisasi dengan baik.
Di LPMQ Kementrian Agama RI, rombongan Ma’had Aly disambut langsung oleh Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an Kemenag RI Bapak H. Abdul Aziz Shidqi MA beserta jajaran pegawai penting di kantor LPMQ Kemenag RI. Dalam sambutannya, Kepala LPMQ mengatakan siap membantu merealisasikan poin-poin kerjasama yang tertuang dalam MoU antara Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an Kudus dengan Lajnah Pentashihan Mushaf al Qur’an Kemenag RI. Beliau juga menyampaikan bahwa datangnya MAYQ ke LPMQ Kemenag RI dan jalinan kerjasama antara kedua belah pihak merupakan langkah yang sangat tepat, karena kedua lembaga ini sama-sama mengkaji al Qur’an dan Ilmu Qiraat. (Reportase: Sahal) [...]
Read more...
17 September 2023Tidak boleh, karena Syarat jadi imam diantaranya adalah tidak ummy, yaitu orang yang tidak bisa baik bacaan fatihahnya atau sebagian fatihahnya sekalipun satu huruf dari Al-Fatihah. Baik karena tidak bisa membaca keseluruhannya atau tidak sesuai makhrajnya atau tasydidnya.
Hanya saja kalau makhrojnya sudah tepat tapi kurang sempurna atau kurang sifatnya masih diperbolehkan.
الانور السنية 105 مكتبة الحرمين
(و الحادى عشر ) من الشروط ( أن لا يكون الإمام أميا ( سواء أمكنه التعلم أم لا ولو في السرية وإن لم يعلم بحاله لأن الإمام بصدد التحمل عن المأموم وهذا غير صالح له ( وهو ( أى المأموم ( ليس كذلك ) أي ليس بأمي بل هو قارئ والأمى هنا هو من لا يحسن الفاتحة أو بعضها ولو حرفا أو شدة كارت يدغم فى غير محله كالمتقيم بإبدال السين تاء وإدغام أحدهما في الآخر ، والثغ وهو من يبدل حرفا بآخر كمن يقرأ غير المغضوب بالعين المهملة ، نعم لو كانت لثغته يسيرة بأن لم تمنع أصل مخرج الحرف وإن كان غير صاف صح الاقتداء به
الفتاوى الفقهية الكبرى الجزء 1 صحـ : 143 مكتبة الإسلامية
) وَسُئِلَ) نَفَعَ اللَّهُ بِهِ عَمَّنْ تَعَلَّمَ الْفَاتِحَةَ وَفِي حَرْفٍ مِنْهَا خَلَلٌ لِثِقَلٍ فِي اللِّسَانِ هَلْ تُجْزِيْهِ صَلاَتُهُ أَوْ لاَ وَهَلْ يَجِبُ التَّعَلُّمُ فِي جَمِيعِ عُمْرِهِ أَوْ لاَ وَهَلْ تَصِحُّ الْجُمُعَةُ إذَا لَمْ يَكْمُلِ الْعَدَدُ إلاَ بِهِ مَثَلاً أَوْ لاَ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ إنْ كَانَ ذَلِكَ الْخَلَلُ نَحْوَ فَأْفَأَةٍ بِأَنْ صَارَ يُكَرِّرُ الْحَرْفَ صَحَّتْ صَلاَتُهُ وَالْقُدْوَةُ بِهِ لَكِنَّهَا مَكْرُوهَةٌ وَتَكْمُلُ الْجُمُعَةُ بِهِ وَلاَ يَلْزَمُهُ التَّعَلُّمُ وَإِنْ كَانَ لُثْغَةً فَإِنْ كَانَتْ يَسِيرَةً بِحَيْثُ يَخْرُجُ الْحَرْفُ صَافِيًا وَإِنَّمَا فِيهِ شَوْبُ اشْتِبَاهٍ بِغَيْرِهِ فَهَذَا أَيْضًا تَصِحُّ صَلاَتُهُ وَإِمَامَتُهُ وَتَكْمُلُ الْجُمُعَةُ بِهِ وَلاَ يَلْزَمُهُ التَّعَلُّمُ وَإِنْ كَانَ لُثْغَةً حَقِيقِيَّةً بِأَنْ كَانَ يُبْدِلُ الْحَرْفَ بِغَيْرِهِ فَتَصِحُّ صَلاَتُهُ لاَ الْقُدْوَةُ بِهِ إلاَ لِمَنْ هُوَ مِثْلُهُ بِأَنِ اتَّفَقَا فِي الْحَرْفِ الْمُبْدَلِ وَإِنْ اخْتَلَفَا فِي الْبَدَلِ فَلَوْ كَانَ كُلٌّ مِنْهُمَا يُبْدِلُ الرَّاءَ لَكِنَّ أَحَدَهُمَا يُبْدِلُهَا لاَمًا وَاْلآخَرُ عَيْنًا صَحَّ اقْتِدَاءُ أَحَدِهِمَا بِاْلآخَرِ وَإِنْ كَانَ أَحَدُهُمَا يُبْدِلُ الرَّاءَ وَاْلآخَرُ يُبْدِلُ السِّينَ لَمْ يَصِحَّ اقْتِدَاءُ أَحَدِهِمَا بِاْلآخَرِ هَذَا فِي غَيْرِ الْجُمُعَةِ – إلى أن قال – عِبَارَةُ الشَّرْحِ الْمَذْكُوْرِ وَمَنْ كَانَ بِلِسَانِهِ خَلَلٌ فِي الْفَاتِحَةِ مَثَلاً فَمَتَى رَجَى زَوَالَهُ عَادَةً لِتَعَلُّمٍ لَزِمَهُ وَإِنْ طَالَ الزَّمَنُ وَمَتَى لَمْ يَرْجُهُ كَذَلِكَ لَمْ يَلْزَمْهُ اهـ [...]
Read more...
30 Agustus 2023Oleh : Putri Jepara
Sejak kelas 5 SD, Ibu telah melatih diriku untuk menghafal Al-Qur’an sedikit demi sedikit. Di setiap malam, aku menyetorkan sedikit hafalanku pada ibu. Bahkan ditengah malam pun, ibuku rela menyimak hafalanku. Katanya, “Ibuk wae gelem ngrumati Qurane wong akeh, opo meneh kok kon ngtrumati Qura’ne anake dewe. Wis jelas gelem tho!” Dengan sabar dan telaten ibu membimbingku, menemaniku, dan menunutunku untuk menggapai kelezatan yang Allah janjikan dan Al-Qur’an tawarkan.
Setiap harinya, aku hanya menyetor hafalan sebanyak satu hingga tiga ayat, atau setengah halaman. Tidak pernah lebih dari setengah halaman disetiap harinya. Hingga pada suatu ketika, aku dapat menghafal lebih dari setengah halaman pada juz 28. Betapa bahagianya aku, bisa mengalami pencapaian. Namun, rasa itu sirna ketika setoran hafalanku tidak lancar dan ibuku marah karena hal tersebut, “Diilekke pisan pindo iku langsung dilebokke lan dicatet ning pikiran, langsung diiling-iling!! Ojo kok salah nganti diilekke ping telu!!!” bersamaan dengan itu, botol disamping ibuku ikut melayang. Air mataku tumpah, berkali kali ibu memarahiku perihal hafalan, namun baru kali ini hatiku tersayat atas perkataan beliau. Dengan begitu aku semakin tahu, bahwa ibu sangat menyayangiku, sangat peduli kepadaku juga urusan ukhrawiku.
Dipenghujung tahun kelas 6 SD, hafalanku sudah mencapai 2 juz setengah. Yaitu juz 30, 29, dan 28 setengah awal. Melihat ketidakseriusanku, ibuku merasa resah dan geram. Sehingga ibu memutuskan agar aku melanjutkan sekolah di PP. Al-Husna, Jepara. Alhamdulillah, disana hafalanku bertambah. Semua berjalan baik-baik saja hingga pada tahun kedua, Allah menguji keimananku dengan memberi sedikit cobaan. Ya, ketika liburan pondok aku mengenal seorang santri putra melalui Whatsapp. Baru kali ini aku mengenal pria asing dan hatiku sudah menolak untuk melanjutkan pertemanan ini. Namun nafsu berhasil mengalahkan akal sehatku, jadilah kemaksiatan ini berlanjut. Karena Al-Qur’an adalah kalam yang suci, sudah sepatutnya ditempatkan di tempat yang suci juga. Maksiat inilah yang dapat mengotori hati, hingga hafalanku terganggu dan hanya berhasil mendapatkan 12 juz di akhir kelas 9. Sedih dan gelisah menyelimuti hati. Bagaimana tidak, aku merasa gagal dan kalah dari adikku yang hafalannya sudah mencapai 26 juz di usia sebelas tahun.
Sepandai apapun aku menutupi masalahku, ibuku pasti akan tahu juga. Karena itu, ibuku di bawah pohon rindang berkata “Awakmu iku wes lurus dalane, ndelalah kok yo ono setan sing ngejak menggok (maksiat). Nak awakmu menggak-menggok, kapan lehmu tekan tujuan?” peringatan dari ibu yang membuatku termenung dan berfikir panjang.
Atas masalah yang menimpa, hubunganku dengan ajnabiy itu membuat ibu prihatin akan hafalan Al-Qur’anku. Jalan keluar yang diambil beliau yaitu memondokkanku di Yanbu’ul Qur’an Putri agar dapat lebih fokus terhadap hafalan. “Gausah sekolah gak popo, sing penting Qura’ne. Dadi, gak ono alesan mbatek sekolah lah, mbatek Alfiyah lah. Engko ning kono, fokuse cuma Qur’an, Qur’an, Qur’an!!” begitu kata ibu, yang membuatku menjadi gelisah dan takut, ‘Bagaimana hariku bila dipenuhi dengan hafalan saja? sambil sekolah aja bosen, apalagi kalau cuma fokus ngafalin.’ batinku.
Pada hari Senin, 26 Syawwal, seusai ibu dan aku membaca doa khotmil Qur’an dalam acara sima’an rutinan, beliau dikejutkan oleh pemberitahuan hasil seleksi santri PTYQ via Whatsapp. Dalam pemberitahuan tersebut tertulis dua kata yang berhasil mengeluarkan air mata ibu. Ya, dengan izin Allah dan doa ibu, aku ‘lulus seleksi’ santri baru PTYQ Putri. Beliau menangis sebagai tanda syukur pada Allah, nikmat yang tidak semua orang bisa merasakannya. “Nak pengen pacaran, pacarono Al-Quran! Nek ono juz sing ape ilang, dipeluk, cedaki neh, dikejar, dideres terus nganti kecekel. Ojo sampe apalanmu ilang! Kudune ancen nduwe tanggung jawab ngrumati pacarmu (Al-Quran) kanthi tenanan.” Aku menyimak dawuh beliau seksama. “Nak awakmu tak kon milih, milih Al-Qur’an opo suami?” aku terdiam mendengar pertanyaan beliau. “Nak ibu milih Al-Quran. Soale isoh ngancani dunia nganti akhirat. Coba nak suami, ngomonge, ‘aku bakal setia sehidup semati’. Omong kosong! Opo bener, yen bojo wedokke mati, sing lanang melu mati? Ogak kan? Biasane nak sing wedok mati, sing lanang golek bojo anyar. Nek Qur’an bedo! Ngancani terus selawase dunia akhirat, mlaku nek dalan surga yo dikancani, nek ono malaikat seng nakoi yo Qur’anmu kui melu jawab. Kudune semangat lek mu ngapalno.” Kata ibu dengan penuh kelembutan.
Aku berusaha meneguhkan hati, menghafalkan Al-Qur’an tanpa mencampur dengan kemaksiatan. Aku paham, bahwa maksiat bisa menyebabkan gelapnya hati yang akhirnya berimbas pada kualitas hafalan. Kusimpan dawuh ibu dalam lubuk hati untuk kujadikan sebagai pengingat diri. “Nek mbak salwa nek Yanbu’ kudu boyong, gak kuat, ileng tujuan teko omah opo? Rak yo siji tok ra? Ngatamke qur’an! Wes tah percoyo, cekelo omongane ibu! Nek wes apal Qur’an, lancar, dadi ahlul qur’an, bakale mulyo donyo akhirat.” Memang, raga ibu tidak menemani disini, aku disini seorang diri dan dituntut untuk mandiri. Tapi nasihat ibu selalu mengawal perjalananku dalam mengaji. Ingat dawuh mbah, ‘MELEK MOTO MELEK QUR’AN’ lantas ku sadarkan hatiku, bahwa pacarku adalah Al-Qur’an, dan aku punya tuntutan untuk menuntaskan hafalan.
PTYQ Putri [...]
Read more...
29 Agustus 2023لما قدم أن الهمزة الواقعة بعد ساكن غير ألف متوسط لا تجعل لها صورة، استثنى من ذلك مع إطلاق الحكم الذي يشير به إلى اتفاق شيوخ النقل ست كلمات خرجت عن ذلك الحكم الذي هو عدم التصوير، فصورت الهمزة في بعضها ألفا، وفي بعضها ياء، وذلك في جنس حركة نفسها
الكلمة الأولى: “لتنوأ”، من قوله تعالى: ﴿لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ﴾ ١. في “القصص” صورت همزتها ألفا ولم تصور واوا مع أنها مضمومة كراهة اجتماع مثلين
دليل الحيران على مورد الظمآن ٢٣٩
Kalimat tersebut termasuk pengecualian. hamzahnya ditulis dengan bentuk ِ alif, karena jika ditulis dengan bentuk waw akibatnya ada dua huruf yang berdampingan yaitu waw. Padahal adanya 2 huruf yang berdampingan ini sangat dihindari.
Hukum asalnya memang seharusnya ditulis hamzah biasa tanpa bentuk apapun. Akan tetapi kalimah tersebut termasuk dari beberapa kalimah yang disepakati ulama untuk dikecualikan. Hal ini didasarkan pada riwayat. [...]
Read more...
29 Agustus 2023Oleh : A’laddinia Assabila
فَجَآءَتۡهُ إِحۡدَىٰهُمَا تَمۡشِي عَلَى ٱسۡتِحۡيَآءٖ قَالَتۡ إِنَّ أَبِي يَدۡعُوكَ لِيَجۡزِيَكَ أَجۡرَ مَا سَقَيۡتَ لَنَاۚ فَلَمَّا جَآءَهُۥ وَقَصَّ عَلَيۡهِ ٱلۡقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفۡۖ نَجَوۡتَ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ
Dalam ayat di atas diceritakan bahwa datanglah kepada Nabi Musa salah satu dari kedua putri Syaikh Madyan (Nabi Syu’aib) berjalan dengan malu-malu seraya menutupkan kain kerudung ke mukanya karena malu kepada Nabi Musa. Ia berkata “sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami”. Nabi Musa memenuhi panggilannya dan menolak dalam hatinya upah yang akan diberikan kepadanya, karena seolah-olah wanita itu bermaksud hendak memberi upah dan menganggap dirinya sebagai seorang upahan. Lalu dijelaskan tafsiran ayat diatas :
فمشت بين يديه فجعلت الريح تضرب ثوبها فتكشف ساقيها فقال لها : امشي خلفي ودليني على الطريق ففعلت إلى أن جاء أباها وهو شعيب عليه السلام
(Tafsir jalalain hal 84)
Kemudian wanita itu berjalan di depan Nabi Musa dan tiba-tiba anginnya meniup kainnya, sehingga terlihat kedua betisnya. Lalu Nabi Musa berkata kepadanya “berjalanlah engkau di belakang ku dan tunjukkanlah jalan itu kepadaku”. Wanita itu menuruti apa yang dikatakan oleh Nabi Musa hingga sampai ke tempat bapak wanita itu , beliau adalah Nabi Syu’aib.
Ketika Nabi Musa telah sampai dihadapannya, ternyata telah disiapkan makan malam, maka Nabi Syu’aib berkata “Duduklah! kemudian makan malamlah.”
Nabi Musa menjawab “Aku khawatir jika makan malam ini seabagai imbalan karena aku telah memberi minum ternak keduanya, sedangkan aku berasal dari Ahlul Bait yang tidak pernah meminta imbalan dari suatu pekerjaan yang baik.”
Nabi Syu’aib berkata “Tidak, ini merupakan tradisiku dan tradisi nenek moyangku. Kami biasa menjamu tamu kami, juga biasa memberi makan.” Setelah penjelasan tersebut, Nabi Musa baru mau memakannya.
قَالَتۡ إِحۡدَىٰهُمَا يَٰٓأَبَتِ ٱسۡتَـٔۡجِرۡهُۖ إِنَّ خَيۡرَ مَنِ ٱسۡتَـٔۡجَرۡتَ ٱلۡقَوِيُّ ٱلۡأَمِينُ [القصص: 26]
Salah satu dari kedua putri Nabi Syu’aib (wanita yang disuruh menjemput Nabi Musa) berkata : “Wahai bapakku ambillah dia sebagai orang yang bekerja kepada kita, sebagai pekerja kita khusus untuk menggembalakan kambing milik kita, sebagai ganti kami. Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”
Lalu Nabi Syu’aib bertanya kepada anknya tentang Nabi Musa. Wanita itu menceritakan kepada bapaknya semua yang telah dilakukan oleh Nabi Musa. Mulai dari mengangkat batu besar penutup sumur (konon batu itu hanya bisa diangkat oleh 10 orang yang kuat) juga tentang perkataannya “berjalanlah dibelakangku”
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah diatas
Etika seorang wanita hendaknya jangan berjalan di depan laki-laki. Kenapa? Karena jika posisi wanita yang berjalan didepan maka wanita itu yang akan menjadi pusat perhatian tatapan seorang laki-laki. Sedangkan, setiap inci dari tubuh wanita adalah keindahan, jadi sebisa mungkin kita menjaga keindahan itu yang mana hal tersebut adalah kehormatan seorang wanita. Semisal : ada angin berhembus kencang yang mengakibatkan jilbab kita tersibak lalu rambut kita terlihat. Jika saat berjalan dibelakang kita ada laki-laki, otomatis dia melihat aurat kita. Jadi perlu untuk hati-hati.
Sosok Nabi Musa yang merupakan salah satu contoh lelaki yang menjaga kehormatan wanita. Ketika angin berhembus kencang sampai membuka kain penutup sehingga terlihatlah kedua betis putri Nabi syu’aib, seketika itu beliau meminta agar wanita itu berjalan dibelakang Nabi Musa dengan tetap memberi petunjuk (mengomando) lokasi yang akan dituju (rumah Nabi Syu’aib) andaikan yang berada diposisi Nabi Musa itu bukan lelaki yang baik mungkin dia akan membiarkan wanita itu berjalan di depannya dengan menikmati pemandangan indah, yakni kedua betis wanita tersebut yang terlihat. Tetapi Nabi Musa tidaklah begitu. Beliau menjaga kehormatan wanita yang terlihat.
Nabi Musa yang menolak jamuan dari Nabi Syu’aib karena beliau ikhlas membantu tanpa mengharap balasan apapun.
Nabi syu’aib sangat menghormati siapapun yang menjadi tamunya dengan dijamu makan-makanan
Nabi Musa yang merupakan sosok lelaki idaman, beliau disebut sebagai lelaki yang kuat lagi dapat dipercaya
Mungkin kisah tetang Nabi Musa dengan putri Nabi Syu’aib sudah tak asing di dengar. Sudah familiar. Tapi jika hanya membaca ayat-ayat Al Qur’an saja tanpa memahami maknanya ya percuma, berarti ia tidak tahu apa maksud/inti dari apa yang ia baca. Al-qur’an tidak hanya memuat tentang ilmu tauhid, ilmu syari’at, atau adab saja, lebih dari itu semuanya. Di dalam Al-qur’an selalu ada kisah yang menginspirasi. Kisah diatas hanyalah secuil dari segudang kisah inspiratif yang ada di dalam al-Qur’an. Jika kita mau menyelami mana Al-Qur’an, akan kita temukan banyak mutiara-mutiara yang tersimpan.
A’laddinia Assabila – Santri PTYQ Putri [...]
Read more...
24 Agustus 2023Oleh : Ulya Qofiyan Nida
Tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita mengenai Famy Bi Syauqin, yaitu merupakan metode menjaga al-Qur’an baik secara Bin Nadhor (dengan melihat) maupun Bil Ghoib (tanpa melihat), yang mana pelaksanaannya dimulai pada hari Jumu’ah sampai hari Kamis (khatman). Sebagaimana apa yang diriwayatkan sahabat Aus Bin Hudzaifah, pada suatu malam Rasulullah terlambat hadir pada pertemuan yang biasa diselenggarakan, hingga sahabat Aus bertanya tentang Rasulullah, kemudian beliau menjawab “bahwa aku mempunyai tanggungan Hizb (sekelompok bacaan) dari al-Qur’an yang belum selesai, maka aku enggan keluar rumah sehingga aku dapat merampungkannya”, maka aku bertanya pada sahabat Nabi “bagaimana kalian membuat Hizb al-Qur’an?” mereka menjawab “3, 5, 7, 9, 11, 13 (surah) dan Hizb Al Mufashshal” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Berdasarkan hadits di atas dapat kita ketahui bahwa Famy Bi Syauqin berasal sejak zaman Rasulullah lalu diterapkan oleh para sahabat dan dikembangkan sahabat Ali Bin Abi Thalib hingga masyhur dengan nama Famy Bi Syauqin. Seperti dijelaskan oleh Khalil Bin Ahmad As Saharanfuri dalam kitab Badzlul Majhud Syaroh Abu Dawud, juga Ali Al Qari dalam Mirqat Almafatih Syarh Misykat Al Masabih, bahwa riwayat yang masyhur adalah pembagian Hizb dari khalifah Ali Bin Abi Thalib yang dikenal dengan Famy Bi Syauqin.
Famy Bi Syauqin mempunyai makna dalam bahasa arab yakni Famy bermakna lidah dan Bi Syauqin bermakna merindumu. Terdiri dari huruf ف,م,ي,ب,ش,و,ق yang mana setiap hurufnya merupakan pembagian surah yang dibaca setiap hari dalam satu minggu.
Dibaca hari Jumu’ah : Al-Fatihah – An-Nisa’ (3 Surah) ف
Dibaca hari Sabtu : Al-Ma’idah – At-Taubah (5 surah) م
Dibaca hari Ahad : Yunus – Al-Hhijr ( 7 Surah) ي
Dibaca hari Senin : Bani Israil – Al-Furqon ( 9 surah) ب
Dibaca hari selasa : Asy-Syuara’ – Yasiin (11 surah) ش
Dibaca hari Rabu : As-Saffat – Al-Hujurat (13 surah) و
Dibaca hari kamis : Qaf – An-Nas (Hizb Mufashshal) ق
Famy Bi Syauqin sendiri dikenal sebagai metode ideal yang dapat diterapkan oleh berbagai kalangan, terlebih bagi para penghafal al-Qur’an. Mengapa para Penghafal al-Qur’an? karena ketika ia mengikat hatinya dengan amalan al-Qur’an yang kemudian menjadi sebuah komitmen seumur hidupnya tentu ia termasuk golongan orang-orang yang “ngrekso al-Qur’an”. dan dalam penerapannya tentu tidak terlepas dari harapan agar Allah menjadikan hatinya senantiasa rindu dengan al-Qur’an seperti makna Famy Bi Syauqin itu sendiri.
Pada suatu kesempatan, beliau Almarhumah Umi HJ. Noor Ishmah pernah dawuh “ Santri al-Qur’an seharusnya tidak perlu khawatir akan kekurangan maupun jauh dari kelapangan karena ia mempunyai al-Qur’an dan dianjurkan nderes dengan Famy Bi Syauqin”. Ini menjadi motivasi sendiri bagi sebagian santri untuk menghidupkan Sunnah Rasulullah yakni Famy Bi Syauqin dan berharap menjadi golongan yang seperti Allah firmankan dalam Surah Al-Ankabut ayat 49.
Ulya Qofiyan Nida –Santri PTYQ Putri [...]
Read more...
24 Agustus 2023SILSILAH
Arwani adalah putra ke dua dari pasangan suami istri H. Amin Sa’id dengan Hj. Wanifah. Keluarga Amin Sa’id ini termasuk keluarga besar, karena putra putri beliau terdiri tidak kurang dari selusin jumlahnya. Terdiri dari 6 putri dan 6 putra dengan urutan sebagai berikut:
Muzainah
KH. Muhammad Arwani
Farkhan
Shalikhah
H. Abdul Muqsith
Khafidz
Ahmad Da’in
Ahmad Malikh
I’anah
Ni’mah
Muflikhah
‘Ulya
H. Amin Sa’id adalah anak KH. Imam Kharamain, salah seorang tokoh ulama’ terkemuka di Kudus yang cukup dihormati dan disegani. Anak-anak KH. Imam Kharamain berjumlah 6 orang : Marzuki, Rumani, Seni, KH. Muslim, H. Amin Sa’id, Hasna dan H. Ahmad. Dari keenam bersaudara ini ternyata H. Amin Sa’id lah yang mempunyai anak terbanyak (12 orang).
KH. Imam Kharamain adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara, ayahnya bernama H. Minhaj. Bu Uriyan adalah kakak perempuan KH. Imam Kharamain yang mempunyai 2 anak, salah satunya adalah KH. Ma’shum yang kemudian mempunyai anak KH. Fauzan. Sedangkan adik KH. Imam Kharamain adalah H. Hasan yang mempunyai seorang anak bernama Ahmad Sati.
Apabila diperhatikan, maka yang menarik dari silsilah ini ialah setiap satu keturunan mesti ada yang menjadi kyai. Anak H. Minhaj yang menjadi Kyai adalah KH. Imam Kharamain. Kemudian cucunya yang menjadi Kyai ialah KH. Muslim (putra KH. Imam Kharamain) dan KH. Ma’shum (putra Bu Uriyan). Lalu cicitnya, KH. Muhammad Arwani (putra H. Amin Sa’id) dan KH. Fauzan (putra KH. Ma’shum).
Penelusuran silsilah keluarga Arwani dari pihak ibu melalui garis keturunan orangtua laki-laki hanya sampai pada tingkatan ke-4. Ibu Arwani, H. Wanifah, adalah anak ke-5 dari hasil perkawinan antara H. Muhammad Nur dengan Rosimah, H. Wanifah mempunyai 4 kakak yaitu H. Ridwan, Suratmi, H. Abdul Hamid, dan H. Zuhdi. Sedangkan adiknya cuma 1, H. Nur Munazah.
Telah disebutkan di atas bahwa H. Amin Sa’id dalam urutan keluarganya adalah pemegang rekor tertinggi dalam hal pemilikan jumlah anak, demikian pula H. Wanifah. Di bawah H. Wanifah adalah adiknya, H. Nur Munazah, yang memiliki anak 10; H. Zuhdi, 9 anak; H. Ridwan, 7 anak; Suratmi, 5 anak; dan terakhir H. Abdul Hamid, 3 anak
Silsilah keluaga Arwani dari pihak ibu melalui garis keturunan orang perempuan sedikit lebih banyak daripada kedua silsilah yang baru saja diuraikan dimuka, yakni silsilah keluarga Arwani dari pihak ayah melalui garis keturunan orangtua laki-laki dan pihak ibu melalui garis keturunan orangtua laki-laki.
Dari dokumen catatan tentang silsilah keluarga Arwani dapat diketahui bahwa silsilah beliau dari pihak ibu melalui garis keturunan orangtua perempuan sampai pada tingkat ke-7, dengan urutan sebagai berikut: Arwani – Wanifah – Rosimah – Sawijah – Habibah – Mursyid – Jonggrang – Pangeran Diponegoro. Jadi, disamping cucu langsung salah seorang ulama’ besar di Kudus, Arwani adalah juga salah seorang anak cucu dari Pahlawan Nasional Indonesia yang sangat terkenal.
KELAHIRAN dan BIOGRAFI
KH. M. Arwani Amin Said lahir pada hari Selasa Kliwon pukul 11.00 siang tanggal 15 Rajab 1323 H. bertepatan dengan 5 September 1905 M. di Desa Madureksan kampung Kerjasan Kota Kudus Jawa Tengah. Beliau merupakan putra dari pasangan H. Amin Said dan Hj. Wanifah.
Nama asli beliau sebenarnya adalah Arwan. Sejak kepulangannya dari Haji yang pertama pada 1927 M. di belakang namanya menjadi “Arwani”. Sementara Amin bukanlah nama gelar yang berarti “orang yang bisa dipercaya”. Tetapi nama depan ayahnya; Amin Sa’id. KH. Arwani Amin adalah putra kedua dari 12 bersaudara. Saudara-saudara beliau secara berurutan adalah Muzainah, Arwani Amin, Farkhan, Sholikhah, H. Abdul Muqsith, Khafidz, Ahmad Da’in, Ahmad Malikh, I’anah, Ni’mah, Muflikhah dan Ulya.
Dari sekian saudara Mbah Arwani, yang dikenal sama-sama menekuni al-Qur’an adalah Farkhan dan Ahmad Da’in, adiknya Mbah Arwani ini bahkan terkenal jenius. Karena beliau sudah hafal al-Qur’an terlebih dahulu daripada Mbah Arwani. Yakni pada umur 9 tahun. Ia bahkan hafal hadits Bukhori Muslim dan menguasai Bahasa Arab dan Inggris. Kecerdasan dan kejeniusan Da’in inilah yang menggugah Mbah Arwani dan adiknya Farkhan, tepacu lebih tekun belajar.
Konon, menurut KH. Sya’roni Ahmadi, kelebihan Mbah Arwani dan saudara-saudaranya adalah berkat orangtuanya yang senang membaca al-Qur’an. Di mana orangtuanya selalu mengkhatamkan membaca al-Qur’an meski tidak hafal. Selain barokah, orang tuanya yang cinta kepada al-Qur’an, KH. Arwani Amin sendiri adalah sosok yang sangat haus akan ilmu. Ini dibuktikan dengan perjalanan panjang beliau berkelana ke berbagai daerah untuk mondok, berguru pada ulama-ulama.
Semasa hidupnya beliau juga mengajarkan Thariqat Naqsabandiyah Kholidiyah yang pusat kegiatannya bertempat di masjid Kwanaran. Beliau memilih tempat ini karena suasana di sekeliling cukup sepi dan sejuk. Di samping itu tempatnya dekat perumahan dan sungai gelis yang jernih ainya untuk membantu penyediaan air untuk para kholwat.
KELUARGA
Di bawah ini akan dikedepankan uraian selintas mengenai keluarga Arwani dengan sistemisasi : Pertama, keluarga garis ke atas, yakni keluarga Arwani yang meliputi kedua orangtua dan saudara-saudaranya. Kedua, keluarga garis ke bawah, yakni keluarga Arwani yang meliputi istri, putra dan menantunya.
Keluarga Garis ke atas
Mata pencaharian pokok H. Amin Sa’id sebagai sumber hidupnya adalah dagang. Ia berdagang kitab. Bagian depan rumahnya yang terletak di perempatan Menara, ±100 meter sebelah selatan masjid Menara Kudus, dibuat menjadi toko kitab dan diberi nama dengan mengambil nama dengan mengambil nama depannya sendiri, yaitu “Al Amin”.
Aneka macam kitab di jual di toko ini, dari kitab-kitab yang menjadi pelajaran pokok di Madrasah sampai kepada kitab-kitab klasik yang dipelajari di Pesantren/Pondok yang ada di kota Kudus dan sekitarnya. Toko kitab “Al Amin” yang dikelola sendiri oleh H. Amin Sa’id cukup dikenal oleh masyarakat luas dan cukup maju pada waktu itu. Hal ini bukan semata-mata karena ia telah mendapat kepercayaan dari masyarakat konsumen, melainkan juga karena H. Amin Sa’id hanya mengambil keuntungan sekedarnya saja dari penjualan kitab-kitab tersebut.
Toko kitab sekaligus merangkap sebagai rumah tinggal itu masih ada sampai hari ini dan pengelolaannya sekarang ditangani oleh H. Abdul Muqsith, salah seorang adik Arwani. Kalua dahulu H. Amin Sa’id hanya menjual kitab-kitab, maka kini H. Abdul Muqsith melengkapinya dengan buku-buku, alat tulis dan mesin photocopy.
Dari ke 12 putra H. Amin Sa’id ada 3 orang yang sangat menonjol : Arwani (anak ke 2), Farkhan (anak ke 3) dan Ahmad Da’in (anak ke 7). Ketiga-tiganya hafal al-Qur’an. Yang pertama kali hafal dari ketiga bersaudara ini adalah Ahmad Da’in. Usia Ahmad Da’in ketika ia hafal al-Qur’an tergolong masih sangat muda, yaitu ± 9 tahun. Kemudian disusul oleh Arwani dan Farkhan.
Mbah Arwani Kudus melepas masa lajangnya dengan menikahi Ibu Nyai Hj. Naqiyul Khod. Beliau menikah pada tahun 1935 M. dimana pada saat itu status beliau adalah seorang santri dari pondok pesantren al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Ibu Naqi adalah putri Kudus, yang kebetulan cucu dari guru atau kiainya sendiri yaitu KH. Abdullah Sajad. Dari pernikahannya dengan Ibu Naqiyul Khod ini, KH. M. Arwani Amin diberi 2 putri dan 2 putra. Putri pertama dan kedua beliau adalah Ummi dan Zukhali (Ulya), namun kedua putri beliau ini meninggal dunia sewaktu masih bayi.
Yang tinggal sampai kini adalah kedua putra beliau yang kelak meneruskan perjuangan KH. M. Arwani Amin dalam mengelola pondok pesantren yang didirikannya. Kedua putra beliau adalah KH. Mc. Ulinnuha Arwani (Gus Ulin) dan KH. Ulil Albab Arwani (Gus Bab). Kelak, dalam menahkodai pesantren itu, mereka dibantu oleh KH. Muhammad Manshur. Salah satu khadam KH. M. Arwani Amin yang kemudian dijadikan sebagai anak angkatnya.
PENDIDIKAN
Arwani kecil memulai pendidikannya di Madrasah Mu’awanatul Muslimin, Kenepan, sebelah utara Menara Kudus. Beliau masuk di madrasah ini sewaktu berumur 7 tahun. Madrasah ini merupakan madrasah tertua yang ada di Kudus yang didirikan oleh Syarikat Islam (SI) pada tahun 1912 M. Salah satu pimpinan madrasah ini di awal-awal didirikannya adalah KH. Abdullah Sajad.
Setelah semakin beranjak dewasa, akhirnya memutuskan untuk meneruskan ilmu agama islam ke berbagai pesantren di tanah Jawa, seperti Solo, Jombang, Yogyakarta dan sebagainya. Dari perjalanannya berkelana dari satu pesantren ke pesantren itu, telah mempertemukannya dengan banyak kiai yang akhirnya menjadi gurunya (masyayikh).
Adapun sebagian guru yang mendidik KH. M. Arwani Amin diantaranya adalah KH. Abdullah Sajad (Kudus), KH. Imam Haramain (Kudus), KH. Ridhwan Asnawi (Kudus), KH. Hasyim Asy’ari (Jombang), KH. Muhammad Manshur (Solo), KH. M. Munawwir (Yogyakarta) dan lain-lain.
Selama mencari ilmu baik di Kudus maupun di berbagai pondok pesantren yang disinggahinya, KH. M. Arwani Amin dikenal sebagai pribadi yang santun dan cerdas karena kecerdasannya dan sopan santunnya yang halus itulah, maka banyak kiainya yang terpikat. Karena itulah pada saat mondok KH. M. Arwani Amins sering dimintai oleh kiainya membantu mengajar santri-santri lain. Lalu muncullah rasa sayang di hati para kiainya.
Beliau dikaruniai kecerdasan dan minat yang kuat dalam menuntut ilmu. Pada masa remajanya dihabiskan untuk menuntut ilmu mengembara dari pesantren ke pesantren. Tidak kurang dari 39 tahun hidup beliau dihabiskan untuk menuntut ilmu dari kota ke kota yang dimulai dari kotanya sendiri yaitu Kudus. Kemudian dilanjutkan ke Pesantren Jamsaren Solo, Tebuireng Jombang, Pesantren al-Munawwir Krapyak Yogyakarta dan diakhiri di Pesantren Popongan Klaten.
Semua putra putri H. Amin Sa’id tidak ada yang memasuki jalur pendidikan formal (umum). Hal ini disebabkan antara lain karena pada waktu itu tidak mudah untuk bisa memasuki jalur pendidikan tersebut, kecuali dari kalangan tertentu saja. Sejak kecil sampai dewasa mereka belajar dari beberapa Pondok dan Kyai yang ada di Kudus, kecuali Arwani, Farkhan dan Ahmad Da’in yang kemudian pergi mesantren ke luar kota Kudus.
Disamping belajar mengaji al-Qur’an dan beberapa kitab pada Kyai, mereka juga belajar di madrasah Mu’awanatul Muslimin di Kenepan, ± 100 meter sebelah utara masjid Menara Kudus. Dua diantara guru mereka adalah KH. Imam Kharamain (kakek mereka sendiri) dan KH. Abdullah Sajad, yang kemudian menjadi kakek mertua Arwani.
MENDIRIKAN PESANTREN
Beliau mengajarkan al-Qur’an pertama kali sekitar tahun 1942 H. di Masjid Kenepan Kudus yaitu setamat beliau nyantri dari Pesantren al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Pada periode ini santri-santri beliau kebanyakan berasal dari luar kota Kudus. Seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit santri beliau semakin bertambah banyak dan bukan hanya dari Kudus dan sekitarnya, tapi ada yang berasal dari luar propinsi bahkan luar pulau Jawa. Kemudian beliau membangun sebuah pondok pesantren yang diberi nama qur’an-kudus Yanbu’ul Qur’an yang berarti Sumber al-Qur’an. Pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1393 H./1979 M.
Asal usul berdirinya pondok tersebut sebagai berikut; sekitar tahun 1969, KH. M. Arwani berniat akan melaksanakan ibadah haji bersama ibu Naqiyul Khud. Biaya untuk itu sudah ada dari hasil tabungan yang dikumpulkannya sedikit demi sedikit. Menjelang saat pembayaran ongkos naik haji (ONH) dibuka, dengan tanpa diduga sebelumnya H. Ma’ruf pemilik perusahaan rokok cap “Jambu Bol” memberikan hadiah uang kepada beliau senilai ongkos haji untuk 2 orang. Dengan demikian uang tabungan yang semula direncanakan untuk membayar ONH tidak jadi terpakai, beliau mempergunakan uang dari H. Ma’ruf karena memang ia memberikan hadiah itu untuk biaya haji.
Uang tabungan tersebut kemudian dipergunakan untuk membeli rumah berikut tanah yang ada di sekitarnya (terletak di sebelah utara rumah beliau) milik pak Basri yang kebetulan membutuhkan uang dan bermaksud menjualnya. Transaksi pembayarannya dilakukan pada tahun 1970, tidak lama setelah beliau pulang haji.
Rumah tersebut lalu direhab kembali, dibuat kamar-kamar dan kemudian dijadikan pondok. Setelah pembangunannya selesai segera pondok ini diisi oleh para santri, tentu saja yang dapat tinggal di dalamnya tidak banyak karena memang tempatnya kecil. Sebagian besar para santri masih tetap tinggal di luar pondok. Lama kelamaan santri yang datang bertambah banyak, sehingga bangunan pondok terpaksa dimekarkan. Semua biaya ditanggung sendiri oleh KH. M. Arwani.
Dalam perkembangan berikutnya, para santri penghuni pondok yang sudah tamat atau khatam hafal al-Qur’an tidak mau pulang karena mereka ingin melanjutkan belajar Qira’at Sab’ah, sementara santri yang baru terus berdatangan, sehingga pondok yang sudah diperluas itu tidak mampu menampung santri. Atas dasar itu lalu para santri bermusyawarah dan memutuskan untuk membangun pondok lagi dengan minta bantuan dana dari para santri yang sudah khatam dan sudah pulang ke tempatnya masing-masing (alumni), dari wali santri yang masih aktif belajar di pondok tersebut dan dari masyarakat sekitar.
Pesantren Yanbu’ul Qur’an adalah pondok huffadz terbesar yang ada di kota Kudus. Santrinya tak hanya dari kota Kudus. Tetapi dari berbagai kota di Nusantara. Bahkan, pernah ada beberapa santri dari luar negeri seperti negeri Malaysia dan Brunei Darussalam. Pondok tersebut adalah pondok peninggalan KH. M. Arwani Amin. Salah satu Kyai Kudus yang sangat dihormati karena kealimannya, sifatnya yang santun dan lemah lembut.
MURID – MURID
Ribuan murid telah lahir dari pondok yang dirintis KH. M. Arwani Amin tersebut. Banyak dari meeka yang menjadi ulama’ dan tokoh. Sebut saja diantara murid-murid KH. M. Arwani Amin yang menjadi ulama’ adalah :
KH. Abdullah Salam (Kajen Pati)
KH. Sya’roni Ahmadi (Kudus)
KH. Muhammad Hisyam Hayat (Kudus)
KH. Nawawi Abdul Aziz (Bantul)
KH. Muhammad Marwan (Mranggen Demak)
KH. Muhammad Manshur (Kudus)
KH. Abdul Wahab (Benda Bumiayu)
KH. Muharror Ali (Blora)
KH. Najib Abdul Qodir
KH. Ahmad Hafidz (Mojokerto)
KH. Abdullah Umar (Semarang)
KH. Hasan Mangli (Magelang)
SOSOK AHLI AL-QUR’AN
Sewaktu masih belajar Qira’at Sab’ah pada KH. Munawwir di Krapyak yang pelajarannya dimulai pada pukul 02.00 dini hari sampai menjelang subuh beliau sudah siap pada pukul 12.00 malam. Dan sambil menunggu waktu pelajaran dimulai beliau memanfaatkan untuk melaksanakan sholat sunnah dan dzikir. Kebiasaan tersebut tetap berlanjut setelah beliau kembali dan bermukim di Kudus.
Biasanya beliau mulai tidur pukul 20.00 WIB dan bangun pukul 21.00. Kemudian dilanjutkan melaksanakan sholat sunnah dan dzikir. Apabila sudah lelah kemudian tidur lagi kira-kira selama 1 sampai 2 jam kemudian bangun lagi untuk melaksanakan sholat dan dzikir, begitu setiap malamnya sehingga bila dikalkulasi beliau hanya tidur 2 sampai 3 jam setiap malamnya.
KH. M. Arwani Amin Sa’id dikenal oleh masyarakat di sekitarnya sebagai seorang ulama’ yang memiliki kelebihan yang luar biasa. Banyak yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang wali, beberapa santrinya mengatakan bahwa KH. Arwani Amin memiliki indra keenam dan mengetahui apa yang akan terjadi dan melihat apa yang tidak terlihat.
Konon, menurut KH. Sya’roni Ahmadi, kelebihan Mbah Arwani dan saudara-saudaranya adalah berkat orangtuanya yang senang membaca al-Qur’an. Dimana orangtuanya selalu mengkhatamkan membaca al-Qur’an meski tidak hafal.
Selama menjadi santri, Mbah Arwani selalu disenangi para kyai dan teman-temannya karena kecerdasan dan kesopanannya. Bahkan, karena itu, KH. Hasyim Asy’ari sempat menawari akan dijadikan menantu. Namun Mbah Arwani memohon izin kepada KH. Hasyim Asy’ari bermusyawarah dengan orangtuanya. Dan dengan sangat menyesal, orangtuanya tidak bisa menerima tawaran KH. Hasyim Asy’ari, karena kakek Mbah Arwani (KH. Haramain) pernah berpesan agar ayahnya berbesanan dengan orang di sekitar Kudus saja.
Akhirnya, Mbah Arwani menikah dengan Ibu Nyai Naqiyyul Khod pada 1935 M. Bu Naqi adalah putri dari H. Abdul Hamid bin KH. Abdullah Sajad, yang sebenarnya masih ada hubungan keluarga dengan Mbah Arwani sendiri.
TELADAN
KH. M. Arwani Amin dikenal sebagai seorang ulama yang sangat tekun dalam beribadah. Dalam melaksanakan sholat wajib beliau selalu tepat waktu dan senantiasa berjamaah meskipun dalam keadaan sakit. Kebiasaan tersebut sudah beliau jalani sejak berada di pesantren.
Arwani hidup dalam lingkungan masyarakat santri yang sangat ketat dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam. Sejak masih anak-anak Arwani sudah tampak sebagai anak yang patuh terhadap orangtua dan taat melaksanakan ibadah. Perasaannya halus, baktinya terhadap orangtua sangat tinggi. Membantu pekerjaan orangtua di rumah adalah kegiatan rutin di sela-sela waktu belajar dan bermainnya. Dan apabila diprosentasikan, porsi untuk membantu orangtua dan belajar jauh lebih banyak ketimbang porsi waktu untuk bermain.
Perasaan halus yang terdapat pada dirinya, membuat ia tidak pernah mampu merasa tega untuk membiarkan begitu saja apabila ada seseorang yang membutuhkan pertolongannya. Solidaritas dan rasa setia kawannya cukup tinggi. Apa yang dinamakan khianat, membuka aib orang, menyakiti perasaan orang lain dan yang semacamnya adalah hal yang tabu dalam kamus hidupnya. Sikap demikian tidak hanya ia terapkan terhadap teman-temannya belaka, namun terlebih kepada saudara-saudaranya di rumah.
Mengalah, itulah salah satu prinsip hidup yang ia pegang sejak kecil, sehingga kalaupun ada percikan bara pertengkaran segera akan mati dengan sendirinya sebelum ia sempat lebih besar menjadi api perselisihan. Itu sebabnya, maka sepanjang masa bocahnya nyaris tidak pernah terjadi bentrok dengan saudara-saudaranya maupun teman-temannya.
Namun dengan sifat mengalah itu sama sekali bukan berarti Arwani tidak memiliki ketegasan. Dalam hal-hal yang prinsip, terutama adik-adiknya sendiri, ia tidak segan-segan bertindak “keras” apabila hal yang menyangkut prinsip tadi dilanggar.
Sifat dan pembawaan terpuji yanf terdapat pada diri Arwani tersebut melahirkan pujian dari masyarakat sekitarnya. Terlebih lagi, ia dikaruniai Tuhan kecerdasan dan minat yang kuat untuk dapat menimba ilmu sebanyak mungkin.
SELAYANG PANDANG
Ketekunannya yang tinggi pada pelajaran yang tengah ia libati membuat Arwani seolah-olah tampak abai terhadap keadaan dirinya sebagai pemuda yang sudah sampai pada usia “layak nikah”. Seperti telah disinggung di muka, Arwani baru berkeluarga pada saat ia memasuki tahun ke 6 di Pondok Krapyak (± tahun 1935) dengan seorang putri Kudus asli dari kalangan pedagang yang berkecukupan, bernama Naqiyul Khud. Perkawinannya ini terjadi atas prakarsa dan sekaligus berdasarkan pilihan orangtua, yang tentu saja disetujui baik oleh Arwani.
Sebagai sumber kehidupan, ia mulai membuka usaha kecil-kecilan dalam bentuk warung dan perusahaan minuman cap “Pisang Raja”. Di warungnya tersebut tersedia kebutuhan pokok sehari-hari seperti beras, kopi, gula, susu dan lain-lain. Selain itu ia juga dagang kitab-kitab sekaligus turut mengelola toko kitab “Mubarokatan Thoyyibatan” milik mertuanya.
Hasil dari usaha itu ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan harian dan selebihnya ditabung. Uang tabungan ini kemudian untuk membeli sebidang tanah yang terletak ±250 m. sebelah utara masjid Menara, tepatnya di kampung Kelurahan desa Kajeksan. Di atas tanah itulah lalu dibangun sebuah rumah dan pada tahun 1962 ia bersama keluarga mulai menempati rumah baru tersebut sampai sekarang.
Pada tahun 1930, untuk pertamakalinya Arwani menunaikan ibadah haji ke tanah suci bersama ibundanya (Hj. Wanifah). Sedangkan haji yang ke dua ia laksanakan bersama istri (Bu Naqiyul Khud) pada tahun 1969.
WAFAT
Setelah sekian lama berjuang untuk agama, masyarakat, dan negara akhirnya beliau pun harus kembali keharibaan Allah Subhanahu Wata’ala. Beliau wafat pada 1 Oktober 1994 M, yang bertepatan dengan 25 Rabi’ul Akhir 1415H, dalam usia 92 tahun. Ribuan pelayat mengiringi kepergian beliau. Suasana duka yang sangat mendalam terasa, bukan hanya dari keluarga yang ditinggalkan, tetapi masyarakat yang ditinggalkan pun kehilangan salah satu sosok panutan yang sangat alim, santun, dan dicintai masyarakat.
KH. M. Arwani Amin dimakamkan di kompleks Pondok Huffadh Yanbu’ul Qur’an (sekarang: Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an). Sebagaimana kata pepatah, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Namun KH. M. Arwani Amin, tidak sekedar meninggalkan nama belaka. Tetapi meninggalkan kenangan, karya, dan umat yang tetap mengharumkan namanya sampai sekarang.
Di dunia pesantren, nama KH. M. Arwani Amin sangatlah dihormati. Bukan sekedar karena beliau adalah seorang ulama besar keturunan pahlawan nasional, yaitu Pangeran Diponogoro yang sangat dikenal. Tetapi kedalaman ilmu, sikap tarwadlu’, dan suka menghormati sesama inilah yang menjadikan KH. M. Arwani Amin kian melekat di hati masyarakat. Dengan keharuman namanya dan berbagai pujian dan sanjungan penuh rasa hormat dan ta’dzim atas kealimannya
KARYA – KARYA
Mbah Arwani meninggalkan sebuah kitab yang diberi nama Faidl al-Barakat fi al-Sab’i al-Qira’at al- Kitab ini adalah panduan belajar Qira’at Sab’ah. Selain kitab ini, beliau juga mentashih banyak kitab yang ditulis oleh para kiai yang sangat alim dan berpengaruh, diantaranya adalah:
Al-Ibriz fi Ma’rifati Tafsiril Qur’an karya KH.Bisri Musthofa (Rembang).
Risalah Tuntunan Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsabandiyyah karya KH. Mushlih (Mranggen,Demak).
Al-Futuhat Al-Robaniyyah fi Thoriqotil Qodiriyyah wa Naqsabandiyyah karya KH. Mushlih (Mranggen, Demak).
An-Nur Al-burhan fi Tarjamati Lujayni Ad-Dani karya KH. Mushlih (Mranggen, Demak).
Risalatu Al-Qurro’ wa Al-Huffadh karya KH. Abdullah Umar (Semarang).
Musthalahu Al-Tajwiid fi Qur’aani Al-majiid karya KH. Abdullah (Semarang).
Risalatu Al-Mubarokah karya KH. Hambali sumardi (Kudus).
Fathul Manan karya Kiai Maftuh (Kediri). [...]
Read more...
27 Oktober 2022Artikel ini disusun oleh Pengasuh Lajnah Muroqobah Yanbu’a Pusat untuk menerangkan tata cara bacaan Al-Qur’an yang kerap kali ditemui dalam masyarakat kurang tepat.
disampaikan saat Multaqo Nasional Ke-1 Lajnah Muroqobah Yanbu’a 27 Januari 2019 [...]
Read more...
25 Oktober 2022Al-Qur’an al-Quddus adalah al-Qur’an pojok ber-Rasm ‘Uthmani yang diterbitkan oleh Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus yang dilengkapi wakaf ibtida’, keterangan ghorib, dll oleh KH. M. Ulil Albab Arwani (pengasuh Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus) yang memudahkan untuk belajar membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
Al-Qur’an ini pertama kali dicetak pada tahun 2005 oleh percetakan PT Buya Barokah yang merupakan salah satu perusahaan yang dirintis oleh keluarga KH. M. Arwani Amin.
Berikut video penjelasan tentang Al-Qur’an al-Quddus [...]
Read more...
4 Agustus 2022Pertanyaan: Dari Hamba Allah-Tuban (mtshijahxxx@gmail.com/088238196xxx)
Assalamu’alaikum ustadz/ah. Semoga ustadz/ah selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan oleh Allah. Saya selalu mengalami keputihan sepanjang hari. Saya tanyakan kepada dokter, itu normal saja. Tapi krn saat/setelah wudhu, keputihan juga keluar. Saya jadi mamang dg wudlu saya. Bagaimana niat saat saya hendak murojaah/akan membuat setoran hafalan/saat saya setoran kepada guru saya? Maturnuwun atas penjelasannya. Jazakumulloh ahsanal jaza’
Rumusan Jawaban
Seperti diketahui bahwasanya setiap laki-laki atau perempuan dapat mengeluarkan 3 macam cairan dari farjinya selain haid dan nifas yang terkhusus untuk para perempuan. Pertama adalah mani cairan ini adalah cairan putih yang keluar dari farji yang dapat dikenali dengan ciri-ciri terasa nikmat ketika keluar, tersendat-sendat, dan baunya seperti adonan roti ketika basah dan seperti putih telur ketika kering. ketika seseorang mengeluarkan mani diwajibkan bagi orang tersebut untuk mandi besar. Kedua madzi, cairan ini adalah cairan bewarna putih atau kekuningan dan encer yang keluar ketika bangkitnya syahwat sesorang dengan syahwat yang tidak begitu kuat. Ketiga wadi, adalah cairan yang bewarna putih keruh dan kental yang keluar ketika setelah buang air kecil atau ketika membawa beban berat. Kedua macam ini baik madzi atau wadi ketika keluar wajib membersihkannya dan diwajibkan untuk berwudlu. Ketiganya baik mani, madzi atau wadi ini keluar dari saluran kencing laki-laki atau perempuan.
Keputihan adalah cairan bewarna putih yang keluar dari dalam vagina atau leher rahim. Cairan ini bisa bersifat normal atau karena suatu penyakit yang dialami oleh perempuan. Dalam fikh perempuan istilah keputihan lebih dibahasakan dengan ruthobah dan dijelaskan bahwasanya cairan ini termasuk cairan yang najis dengan melihat asal tempat keluarnya jika berasal dari balik farji (organ farji yang tidak tersentuh dzakarnya lelaki) dengan alasan cairan tersebut keluar dari dalam organ (jauf). Dan jika cairan atau lendir ini keluar dari organ farji yang wajib dibasuh ketika istinja’ (organ farji yang tampak ketika wanita duduk) maka hukumnya adalah suci dan bila lendir atau cairan ini keluar dari organ farji yang tidak wajib dibasuh ketika istinja’ namun masih dapat terjangkau dzakar dari lelaki ketika hubungan badan maka hukumnya adalah suci menurut keterangan yang lebih shohih seperti halnya dijelaskan dalam kitab I’anatut Tholibin;
قوله: ورطوبة فرج( معطوف على بلغم.أي فهي طاهرة أيضا، سواء خرجت من آدمي أو من حيوان طاهر غيره (قوله: على الأصح( مقابله أنها نجسة(قوله: وهي( أي رطوبة الفرج الطاهرة على الأصح
قوله: متردد بين المذي والعرق( أي ليس مذيا محضا ولا عرقا كذلك قوله: الذي لا يجب غسله
خالف في ذلك الجمال الرملي،) وقال: إنها إن خرجت من محل لا يجب (غسله فهي نجسة، لأنها حينئذ رطوبة جوفية وحاصل ما ذكره الشارح فيها أنها ثلاثة أقسام: طاهرة قطعا، وهي ما تخرج مما يجب غسله في الاستنجاء، وهو ما يظهر عند جلوسها ونجسة قطعا، وهي ما تخرج من وراء باطن الفرج، وهو ما لا يصله ذكر المجامع وطاهرة على الأصح، وهي ما تخرج مما لا يجب غسله ويصله ذكر المجامع وهذا التفصيل هو ملخص ما في التحفة وقال العلامة الكردي: أطلق في شرحي الإرشاد نجاسة ما تحقق خروجه من الباطن، وفي شرح العباب بعد كلام طويل والحاصل أن الأوجه ما دل عليه كلام المجموع: أنها متى خرجت مما لا يجب غسله كانت نجسة
Didalam Bugyatul Mustarsyidiin juga disebutkan hal yang senada dengan apa yang telah dijelaskan didalam kitab Tuhfah dan I’anatut Tholibin yang berbunyi
مسألة: حاصل كلامهم في رطوبة فرج المرأة التي هي ماء أبيض متردد بين المذي والغرق ، أنها إن خرجت من وراء ما يجب غسله في الجنابة يقينا إلى حد الظاهر ، وإن لم تبرز إلى خارج نقضت الوضوء ، أو من حد الظاهر وهو ما وجب غسله في الجنابة ، أعني الذي يظهر عند قعودها لقضاء حاجتها لم تنقض ، وكذا لو شكت فيها من أيهما هي على الأوجه ، وأما حكمها نجاسة وطهارة فما كان من حد الظاهر فطاهر قطعا ، وما وراءه مما يصله ذكر المجامع فطاهر على الأصح ، وما وراء ذلك فنجس قطعا ، هذا ما اعتمده في التحفة وغيرها
Setelah mengetahui jenis hukum keputihan yang keluar dari farji perempuan maka jika hukumnya suci maka tidak ada masalah tapi jika hukumnya najis maka wajib dibersihkan seperti ketika istinja’ dan wajib untuk melakukan wudlu. Untuk kasus keputihan yang dikategorikan najis dan berlangsung lama dan terus menerus maka cara bersucinya adalah seperti orang yang daimul hadas (tetap hadasnya) yaitu ketika sudah masuk waktu sholat fardlu, wajib membersihkan dan menyumbat cairan tersebut dengan kain atau sebagainya sekira cairan tidak keluar kemudian melaksanakan wudlu dengan berniat نَوَيْتُ اسْتِبَاحَةَ فَرْضٍ لِلهِ تَعَالَى dan kemudian melaksanakan sholat fardlu. Perlu dicermati, ketika membersihkan keputihan dan menyumbatnya, berwudlu, dan sholat diwajibkan untuk muwalah (berturut-turut tidak dipisah dengan waktu yang lama) dan sudah masuk waktunya sholat fardlu. Seperti halnya keterangan yang dijelaskan dalam kitab Bujaraimi ‘Alal Khotib sebagai berikut:
وَيَزِيدُ وُضُوءُ صَاحِبِ الضَّرُورَةِ بِاشْتِرَاطِ دُخُولِ الْوَقْتِ وَلَوْ ظَنًّا، وَتَقَدَّمَ الِاسْتِنْجَاءُ وَالتَّحَفُّظُ حَيْثُ اُحْتِيجَ إلَيْهِ، وَالْمُوَالَاةُ بَيْنَهُمَا وَبَيْنَ الْوُضُوءِ
قَوْلُهُ: (حَيْثُ اُحْتِيجَ إلَيْهِ) حَيْثِيَّةُ تَقْيِيدٍ؛ لِأَنَّهُ قُيِّدَ فِي التَّحَفُّظِ، وَيَصِحُّ رُجُوعُهُ لِلِاسْتِنْجَاءِ أَيْضًا فَإِنَّهُ لَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ إذَا كَانَ حَدَثُهُ الدَّائِمُ رِيحًا إذْ لَا اسْتِنْجَاءَ مِنْهُ. قَوْلُهُ: (وَبَيْنَ الْوُضُوءِ) وَكَذَا بَيْنَ الْوُضُوءِ وَالصَّلَاةِ أَيْضًا، وَهَذَا فِي سَلَسِ نَحْوِ الْبَوْلِ كَالْمَذْيِ أَمَّا سَلَسُ الرِّيحِ، فَالْوَاجِبُ عَلَيْهِ الْمُوَالَاةُ بَيْنَ أَفْعَالِ الْوُضُوءِ، وَبَيْنَ الصَّلَاةِ لَا بَيْنَ الِاسْتِنْجَاءِ وَبَيْنَ الْوُضُوءِ سم
Dan diperbolehkan ketika membaca niat نَوَيْتُ اسْتِبَاحَةَ فَرْضٍ لِلهِ تَعَالَىperempuan tersebut diperbolehkan melakukan apa saja kesunahan seperti sholat sunnah, membawa al-qur’an, membaca al-qur’an termasuk setoran dan musafahah Al-Qur’an dll tanpa mengulangi wudlu lagi ketika masih dalam waktu sholat fardlu yang sama. Dan ketika waktu sholat fardlu habis atau ada hal-hal yang membatalkan wudlu selain keluarnya cairan keputihan tersebut, maka wajib mengulangi kembali tata cara bersuci tersebut. Wallahu A’lam
Refrensi: I’anatut Tholibin, Bujairami ‘alal Khotib, Bugyatul Mustarsyidiin
Mujawib: Muchammad Akrom (Muhadir Ma’had Aly Yanbu’ul Qur’an) [...]
Read more...
24 April 2022خيركم من تعلم القرأن و علمه
Ta’allum yang dalam literasi arab dimaknai dengan memaksakan diri (harus ada perjuangan-red) untuk bisa mengetahui suatu ilmu, maka sabda Rosulullah tersebut menegasakan bahwa sebaik-baik diantara kalian adalah yang berjuang mempelajari Al Qur’an dan mengamalkannya.
Berbicara tentang perjuangan dalam menghafal Al-Qur’an tentunya tak lepas pula dengan semangat sekaligus kesungguhan. Kendati menghafal Al-Qur’an tak bisa dikatakan mudah, namun penghafal Al-Qur’an sejati tak akan mengenal kata menyerah, ia akan tetap senantiasa bersungguh-sungguh dalam melalui proses perjuangannya demi menuntaskan hafalan Al-Qur’an.
Bahkan Imam Zakariyya An-Nawawi dalam kitabnya Attibyan Fi Adabi Hamlatil Qur’an menyatakan bahwasanya termasuk dalam adab menghafal Al-Qur’an adalah dengan memiliki semangat juang yang tinggi serta berkenan rela memaksimalkan segenap waktunya untuk menghafalkan Al-Qur’an. Hal tersebut menjadi motivasi bagi para penghafal Al-Qur’an agar senantiasa menjaga kestabilan kesungguhan sekaligus semangatnya dalam menghafal Al-Qur’an. Karena semangat dan kesungguhan adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan.
Bahkan di bab lain dalam kitab Attibyan Fi Adabi Hamlatil Qur’an, Imam Zakariyya An-Nawawi mengutip redaksi hadits yang diriwiyatkan oleh Sayyidina Ibnu Mas’ud bahwasanya penghafal Al-Qur’an hendaknya rela terjaga (melekan-red) di malam hari saat mayoritas manusia tertidur, rela menahan lapar (berpuasa-red) di siang hari saat mayoritas manusia menikmati makanan (dst), yang mana dari kutipan hadits tersebut menegasakan bahwa dalam berproses menjadi hamlatul qur’an memang butuh perjuangan yang luar biasa. sehingga tak heran bila dalam berbagai kesempatan, Almarhumah Ummi Hj. Noor Ishmah sering berpesan bahwa menjadi penghafal Al Qur’an harus berani capek. Karena memang, penghafal Al-Qur’an dituntut untuk mulazamah membaca (baik bil hifdzi/binnadzri-red) tanpa berbatas ruang dan waktu agar hafalan Al-Qur’an tetap kerumat.
Seperti yang kita ketahui, perjuangan dalam menghafal Al-Qur’an memang beragam, selain dengan nderes, juga ada hal-hal lain yang bisa menunjang kesempurnaan hafalan, semisal dengan berpuasa, membaca do’a maupun wirid tertentu ataupun dengan melaksanakan sholat hajat litaqwiyatil hifdzi yang dilaksanakan setiap malam jum’at secara kontinyu baik 3 jum’at, 7 jum’at ataupun 11 jum’at berturut-turut sebagaimana yang diajarkan Baginda Nabi kepada Sayyidina ‘Ali Karromallahu Wajhah sang babul ilmi. Akan tetapi yang menjadi pokok dalam menghafal tetap pada nderesnya. Sebagaimana dhawuh Agus Ahmad Nashih pada pengajian mingguan kitab Attibyan Fi Adabi Hamlatil Qur’an “Orang yang disibukkan dengan wirid-wirid selain Al Qur’an, sehingga orang tersebut meninggalkan Al Qur’an, maka orang tesebut bagaikan ditawari permata akan tetapi ia justru memilih batu akik.” Beliau pun menambahi dengan tegas “Wiride santri Qur’an yo Qur’an! Ojo sampek semangat wiridan werno-werno tapi kehilangan porsi untuk Al Qur’an.”
Dalam kesempatan Haflatul Hidzaq Pondok Tahfidz Yanbuul Qur’an Putri yang dilaksanakan pada tanggal 25 November 2021, K.H. Baha’uddin Nur Salim juga menegaskan hal yang sama, bahwa menghafal adalah perjuangan yang harus dilalui dengan sregep nderes dan istiqomah, karena hal tersebut menjadi kunci pokok dalam menghafalkan Al-Qur’an yang tidak bisa ditawar lagi.
“Kunci dalam menghafal yang sanadnya muttashil dari guru-guru kita yang terpenting adalah sregep. Karena انما العلم بالتعلم. Dari dulu ilmu itu perjuangan.” Jelas K.H. Baha’uddin Nur Salim.
“Tidak bisa hanya dengan baca ijazah ini-itu, itu hanya takmilah (penyempurna-red).” Sambung beliau.
“Makanya guru-guru kita ngasih ijazah sholat lit taqwiyatul hifdzi itu setelah khatam (bukan saat masih menjalani tahap proses ngeloh-red) karena hal ini (amalan-amalan tersebut-red) bukan hal pokok, sifatnya hanya sebagi suplemen (penyempurna-red) saja.” Pungkas beliau.
Namun, selain kesungguhan sekaligus semangat dalam memperjuangkan hafalan, syarat muthlaq untuk menjadi hamlatul qur’an yang harus terpenuhi ialah sabar menghadapi godaan. Salah satu godaan terbesar seorang penghafal Al-Qur’an yang tengah menuju martabat hamlatul qur’an sejati adalah ia hendak cepat-cepat khatam, padahal banyak tahapan proses yang harus dilalui.
Gus Nadirsyah Hosen dalam bukunya “Saring Sebelum Sharing” mengatakan “Tuhan menceritakan dalam Al-Qur’an bagaimana semesta diciptakan dalam enam masa (fi sittati ayyam), sejatinya Tuhan tengah mengajari manusia bahwa semuanya itu berproses dan membutuhkan waktu. Tuhan bukan tidak sanggup menciptakan alam semesta dalam sekedip kun fayakun-Nya, melainkan kalau Tuhan yang Maha Kuasa saja menciptakan semesta ini setahap demi setahap, lalu siapa kita yang hendak mengubah semesta dalam diri kita ini hanya sekejap?”
Maka, tak perlu ragu apalagi takut untuk menghafal Al-Qur’an. Sudah sejak 14 abad silam, semenjak awal Al-Qur’an diturunkan kepada Baginda Nabi yang mulia, tak sedikit manusia yang bisa menuntaskan hafalannya, baik yang hafal sejak masih usia dini, atau bahkan ada yang baru memulai menghafal saat usia sudah menua. Meski dalam menuntaskan hafalannya memakan waktu yang tidak relatif singkat, yang tepenting adalah kita sanggup untuk melalui setiap tahapannya dengan penuh semangat, kesungguhan, rela berjuang sekaligus sabar.
Mereka yang sabar dalam menghafal kalam-Nya akan bersedia melepaskan dirinya dan sepenuhnya tunduk pada keinginan Sang Penguasa Alam. Semua berada dalam takaran sesuai tahapan yang tengah kita lewati. Orang yang sabar dalam menghafal kalam-Nya adalah orang yang sadar bahwa kalamullah tidak bisa didekati dengan keinginan dan kemampuan diri, tetapi sesuai dengan tahapan proses yang telah ditentukan-Nya untuk masing-masing dari kita.
Bagaimanapun juga, hafalan Al-Qur’an merupakan fadhol (karunia-red) dari Allah ta’ala untuk hamba-Nya yang terpilih. Sehingga segenap usaha yang kita lakukan dalam memnghafal Al Qur’an harus diimbangi pula dengan keyakinan bahwa kita adalah bagian dari hamba-Nya yang terpilih. والله اعلم بالصواب
Sumber :Majalah At-Tibyan PTYQ Putri Edisi II Tahun 2022 [...]
Read more...
21 April 2022Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan teladan bagaimana memadukan manfaat kebaikan air dan do’a. Ketika mengobati, beliau terkadang tidak cukup dengan do’a atau ayat Al-Qur’an saja, melainkan disertai dengan air dan kadang memakai air liur sebagaimana dipraktikkan Nabi, air dapat menjadi media penghantar manfaat do’a dalam pengobatan. Air memiliki Bahasa komunikasi yang sangat indah ketika kita memperlakukannya dengan baik, sebagaimana Nabi memperlakukan air dan do’a dalam satu paket yang manjur.
Al-Qur’an adalah satu-satunya mu’jizat Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam yang paling agung dan yang bisa kita saksikan. Sementara Mu’jizat yang lain tinggal ceritanya saja. Karena Al-Qur’an adalah kitab yang paling agung dan paling utama, maka membaca Al-Qur’an menjadi ibadah yang paling utama bagi umat Islam, sebagaimana disabdakan oleh Nabi dalam suatu hadits. Apalagi kalau membacanya sampai khatam maka akan mendatangkan keistimewaan yang tidak sedikit.
Do’a Orang Yang Khatam
Orang yang khatam Al-Qur’an do’anya mustajab alias ces pleng, Rosullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
حامل القرآن له عند ختم القران دعوة مستجابة وشجرة في الجنة (اخرجه البيهقي في شعب الايمان)
Orang yang hafal Al-Qur’an ketika khatam Al-Qur’an mempunyai do’a yang mustajab dan pohon di surga (HR. Al-Baihaqi)
Do’a bisa jadi mustajab dikarenakan ketika khataman banyak makhluk suci yaitu Malaikat yang ikut mengayu bahagia khataman dengan mengamini dan ikut mendo’akan dengan jumlah yang tidak hanya satu dua tapi ribuan bahkan puluhan ribu.
وعن حميد بن الأعرج قال من قرأ القرآن وختمه ثم دعا أمن على دعائه اربعة آلاف ملك ثم لا يزالون يدعون له ويستغفرون ويصلون عليه الى المساء او الى الصباح (سنن الدارمي)
Diriwayatkan dari Humadi bin al A’roj, dia berkata siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengkhatamkannya kemudian berdo’a maka ada empat ribu Malaikat yang mengamini do’anya kemudian para Malaikat terus mendo’akan dan memintakan ampun kepadanya sampai sore atau subuh (HR. Ad-Daromiy)
Hadits lain yang menerangkan:
إذا ختم العبد القرآن صلى عليه عند ختمه ستون ألف ملك
Ketika hamba khatam Al-Qur’an maka ada Malaikat enam puluh ribu memohonkan ampun kepadanya ketika khatam.
Maka jika orang yang khatam memohon agar sehat tentu akan sehat dan di dalam do’a khotmil Al-Qur’an ada permohonan: “ Ya Allah, limpahkanlah keselamatan dan Kesehatan bagi kami”.
Al-Qur’an Obat Yang Manjur
Al-Qur’an adalah multiguna, disamping digunakan sebagai ibadah juga bisa difungsikan sebagai obat yang sangat ampuh baik untuk penyakit rohani maupun penyakit jasmani. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an:
Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi obat/penawar dan rahmat bagi orang – orang yang beriman (QS. Al-Isro’ : 82)
Ditegaskan dalam hadits:
مَنْ لَمْ يَسْتَشْفِ بِالْقُرْآنِ فَلَا شَفَاهُ اللَّهُ (الدارقطني في الأفراد عن أبي هريرة)
Barang siapa tidak mencari kesembuhan dengan Al-Qur’an maka Allah tidak akan menyembuhkannya.
Al-Qur’an adalah obat yang paling baik sehingga Nabi bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: عَلَيْكُمْ بِالشِّفَاءَيْنِ: الْعَسَلُ وَالْقُرْآنُ و قال خير الدواء القران (سنن ابن ماجه)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda gunakanlah dua obat yaitu Al-Qur’an dan madu, dan bersabda sebaik – baik obat adalah Al-Qur’an.
Dalam kitab Syarah Sunan Abi Dawud diterangkan: Telah datang dari Siti A’isyah Radliyallahu ‘Anha atsar yang shohih di karangan Syeikh Ibnu Abi Syaibah bahwa Siti A’isyah berpendapat tidak mengapa membaca di air kemudian diminum orang yang sakit atau dituangkan kepada si sakit.
Pengobatan dengan Al-Qur’an dan air telah diperagakan oleh Nabi sendiri yang di antaranya:
روى ابن أبى شَيْبَةَ في (مسنده)، من حديث عبد الله بن مسعود، قال: بينا رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُصلِّى، إذ سجد فَلَدَغَتْه عقربٌ في أُصبعه، فانصرفَ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، وقال: لَعَنَ اللهُ العَقْرَبَ ما تَدَعُ نبيّاً ولا غَيْرَه، قال: ثُمَّ دعا بإناءٍ فيه ماء ومِلح، فَجَعَلَ يَضَعُ موضِعَ اللَّدغة في الماء والمِلحِ، ويقرأُ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ والمُعَوِّذَتَيْن حتى سكنت
Syeikh Ibnu Abi Syaibah menceritakan di Kitab Musnadnya dari hadits Abdullah bin Mas’ud, dia berkata : Suatu ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjalankan sholat saat sujud disengat kalajengking di jarinya, setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selesai sholat, beliau bersabda semoga Allah melaknati kalajengking yang tidak membedakan Nabi dan lainnya, kemudain Nabi meminta bejana yang ada airnya dan garam kemudian beliau meletakan kaki yang tersengat di dalam air dan garam sambil membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falak dan An-Nas sehingga reda.
Jadi apabila air dibacakan Al-Qur’an sampai khatam apalagi sampai berulang – ulang khataman bahkan sampai 40 kali khataman maka akan lebih banyak barokah dan manfaatnya dan tentu akan menjadi obat yang ampuh.
Air Untuk Kehidupan
Air termasuk ciptaan Allah yang sangat penting sekali, karena menjadi sumber kehidupan bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Mereka tidak akan hidup tanpa air. Manusia bisa bertahan hidup sampai 30 hari tanpa makan, tetapi bisa meninggal gara – gara tidak minum selama tiga hari saja. Maka tepatlah firman Dzat Yang Maha Pencipta:
“Dan kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup.” (QS. Al-Anbiya : 30)
Air menjadi bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia yaitu 75% . Menurut sumber ilmiah, kanduangan air di dalam otak 83%, ginjal 82%, jantung 79%, paru – paru 80%, tulang 22%, dan darah 90%. Apabila kandungan air dalam masing – masing organ tersebut tetap dipertahankan sesuai kebutuhan, maka organ tersebut akan tetap sehat. Sebaliknya apabila menurun, fungsinya juga akan menurun dan lebih mudah terganggu oleh bakteri, virus, dan penyakit lainnya.
Air, meski terlihat seperti benda tak hidup, ternyata bisa merespon sangat luat biasa Ketika kita memberikan kata -a kata atau do’a. inilah keajaiban air, dapat “mendengar” kata – kata, bisa “membaca” tulisan, bisa “mengerti” pesan dan molekulnya berubah bentuk, Subhanallah!.
Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air. Air murni dari mata air di pulau Honshu dido’akan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai -50 °C di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop electron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah.
Perubahan Molekul Air
Ketika dibacakan do’a untuk kesembuhan di depan sebotol air maka terekam kristal seperti gambar ini
Ketika dicoba dibacakan do’a Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan.
Selajutnya ditunjukan kata “malaikat” terbentuk rantai dengan kristal hexagonal yang indah.
Dan Ketika ditunjukan kata “setan” kristal berbentuk buruk dengan bola api di tengah.
Terapi Air Putih
Air adalah salah satu sarana pengobatan yang luar biasa. Di Jepang sekarang ini sangat popular sekali trend segera minum air setelah bangun tidur pagi. Apalagi, test ilmiah telah membuktikan keampuhannya. Terapi air putih ini telah dibuktikan sukses oleh kumpulan pengobatan Jepang untuk penyakit lama dan serius serta penyakit modern. Anda tidak akan percaya seblum melakukannya.
Berikut daftar penyakit yang dapat disembuhkan oleh terapi ini: sakit kepala, asma, hosthortobics, darah tinggi, bronchitis, kencing manis, kurang darah, TBC paru – paru, penyakit mata, rematik, radang otak, pendarahan, di mata, lumpuh, batu ginjal, mata merah, kegemukan, penyakit saluran kencing, haid tidak teratur, radang/sakit persendian, kelebihan asam urat, leukimia, radang selaput lendir, mencret, kanker peranakan, gangguan jantung, disentri, kanker payudara, mabuk, pusing, gamang, ambeien, radang tenggorokan, bantuk, sembelit, dan lain – lain.
Menurut penelitian dan pengalaman, penyakit – penyakit di atas diketahui dapat disembuhkan dengan terapi ari putih dalam waktu sebagai berikut :
Tekanan darah tinggi (30 hari)Asam lambung (10 hari)Diabetes (7-30 hari)Susah buang air besar/konstipasi (1-10 hari)Kanker (32-180 hari)Tuberculosis (90 hari)Asam urat (2 hari)
Prosedur Terapi Air
Cara praktek terapi air putih sebagaimana berikut :
Setiap pagi setelah bangun tidur, segera minum 1,5 liter air, yaitu sekitar 5-6 gelas.Suhu air harus berada pada suhu kamar atau hangat, jangan dingin atau panas.Tidak boleh ada minuman atau makanan padat yang dimakan selama 1 jam sebelum dan sesudahnya kecuali air putih.Membaca basmalah dan do’a :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ البَاسَ، اشْفِني وَأَنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ الفاتحة
Tidak boleh minuman beralkkohol pada malam sebelumnya.Air yang digunakan yang paling baik adalah air zam – zam, air hexagonal atau air mineral (misalnya : KH-Q atau BUYA), air yang sudah direbus dan lebih utama air yang sudah dibacakan do’a atau ayat Al-Qur’an (misalnya : KH-Q atau BUYA).
Minum air sebanyak itu dalam waktu singkat memang berat, tetapi secara berangsur – angsur akan terbiasa melakukannya.
Metode pengobatan in tidak mempunyai efek samping, tetapi pada saat pelaksanaan pengobatan in dalam beberapa hari permulaan mungkin akan sering buang air kecil maupun air besar (berak), pilek, pening dan lain sebagainnya, yang berlangsung dua atau tiga hari sampai satu pekan. Semua ini adalah proses penyembuhan yang baik, jangan takut dan teruskan saja, sampai menjadi kebiasaan.
Air Tidak Boleh Diganti
Jim Jones, seorang pakar makanan terkemuka di Amerika Serikat berpendapat bahwa banyak orang yang ingin sehat akan tetapi melupakan minuman yang paling sederhana, yaiut air putih. Mereka malah minum minuman lainnya seperti kopi, teh dan cola. Mereka beranggapan semua itu bisa menggantikanair putih. Pemikiran itu jelas keliru. Air putih memberi manfaat Kesehatan yang tidak dapat diberikan oleh minuman – minuman itu. Bahkan sari buah – buahan yang penuh vitamin sekalipun tidak bisa menandinginya. Meski dari segi nutrisi penting, tapi sari buah – buahan tidak membersihkan tubuh kita.
Meminum air putih dengan metode yang benar, bisa memurnikan tubuh manusia. Hal iitu membuat usus besar bekerja dengan lebih efektif dengan cara membentuk darah baru, dalam istilah medis dikenal sebagai aematopaises. Bahwa mucousal fold pada usus besar dan usus kecil diaktifkan oleh metode inii, merupakan fakta yang tak terbantahkkan, seperti teori yang menyatakan bahwa darah segar baru diproduksi oleh mucousal fold ini.
Bila usus bersih, maka gizi makanan yang dimakan beberapa kali dalam sehari akan diserap fan denga kerja mucousal fold, gizi makanan itu dirubah menjadi darah baru. Darah merupakan hal penting dalam menyembuhkan penyakit dan memelihara Kesehatan.
Sumber:Majalah Arwaniyyah Edisi 11 Tahun 2012 [...]
Read more...
18 April 2022Santri Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Anak – anak saat setoran hafalan (doc. betanews.id)
Peristiwa yang telah terjadi, hanya bisa dikenang tanpa bisa diulang. Hari ini bertepatan dengan tanggal 17 Romadhon kita memperingati peristiwa yang terjadi sekitar 15 abad yang lalu, yakni peristiwa turunnya Al-Qur’an atau Nuzulul Qur’an. Apa perlunya kita memperingati peristiwa turunnya Al-Qur’an? Kita sebagai ummat Rasulullah SAW perlu memperingati turunnya Al-Qur’an ini agar kita semakin faham betapa pentingnya Al-Qur’an, betapa kukuhnya peran Al-Qur’an bagi kita, dan semoga akan menumbuhkan pemahaman kita akan makna yang terkandung dalam Al-Qur’an, dan yang lebih penting, semoga kita bisa mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya.
Allah sudah menetapkan dalam Kitab Suci-Nya, bahwa “Manusia diciptakan dalam keadaan lemah”, manusia ditakdirkan oleh Allah sebagai makhluk yang pelupa, dan sering melakukan kesalahan. Rasulullah mempelajari Al-Qur’an dalam waktu yang tidak bisa dikatakan singkat. Beliau belajar Al-Qur’an selama 23 tahun dan dalam masa belajar itu, beliau selalu totalitas dalam membaca, memahami makna, mengamalkan isinya, dan mengajarkannya kepada para Sahabat. Jika dipikir lebih dalam, kita sebagai manusia yang secara akal, pemahaman, kecerdasan, akhlak, dan derajat jauh di bawah Rasulullah dan kita dengan berani mempelajari Al-Qur’an, secara otomatis kita tidak boleh sembarangan, harus totalitas ,dan berhati-hati dalam mempelajarinya.
Dalam belajar Al-Qur’an usahakan menjadi orang yang totalitas, jangan sembarangan. Dalam hal membacanya, mulai dari huruf per huruf diperhatikan makhrajnya, sifat-sifat hurufnya, dan bacaan tajwidnya. Semua itu merupakan hak dari setiap huruf yang kita baca, dimana setiap hurufnya membawa 10 kebaikan bagi pembacanya. Dalam hal adab membaca Al-Qur’an, terkadang kita sering meninggalkannya meskipun kita tahu adab yang benar. Kaki yang njigang atau tidak menghadap kiblat ketika membaca Al-Qur’an ,merupakan tanda kita tidak mengamalkan ilmu yang kita miliki. Hal-hal yang sering dianggap sepele tetapi penting inilah yang terkadang membuat kita susah “lanyah” dalam mengaji.
Mengaji itu adalah nama lain dari mencari ilmu, dan mengamalkan ilmu yang sudah didapatkan itu hukumnya wajib. Pengamalan ilmu itu harus seterusnya, tidak bisa jika hanya di depan guru saja. Nderes atau memuroja’ah hafalan hanya ketika akan mau diajukan kepada guru merupakan sesuatu yang tidak benar. Al-Qur’an adalah kontrak santri penghafal Al-Qur’an seumur hidup, tidak bisa seenaknya sendiri dan harus bertanggung jawab karena sudah terlanjur nyemplung (berkecimpumh-jawa).
Sabda Rasulullah SAW “Bersungguh-sungguhlah kamu dalam belajar Al-Qur’an. Karena Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada dalam kuasa-Nya, Al-Qur’an lebih mudah terlepas dari hati manusia daripada unta yang terlepas dari tali kekangnya”. Al-Qur’annya mudah terlepas dari ingatan, dan manusianya pelupa sangat susah untuk diketemukan. Maka dari itu, nderes itu wajib karena nderes adalah ikhtiar dari manusia yang pelupa, untuk mengekang Al-Qur’an yang mudah terlupa.
Simbah Kyai Sallam Kajen, mempunyai metode yang unik dalam mengasah deresan hafalan Al-Qur’annya. Setiap pasaran (lima hari sekali) beliau pergi ke pasar, berkeliling memutari pasar sambil menderes hafalan Al-Qur’annya sampai khatam.
Semua belajar bisa dilatih sedikit demi sedikit. Meskipun tidak di dalam pondok, saat liburan harus tetap ada waktu khusus untuk nderes. Jika tidak bisa setiap saat, maka bisa menyempatkan waktu yang tidak bisa diganggu sama sekali untuk nderes. Dari 24 jam yang kita miliki harus ada waktu khusus untuk Al-Qur’an. Dalam nderes, santri diusahakan untuk mulazamah dan konsisten. Sehingga apabila ada 1 hari yang tertinggal maka harus menggenapi di hari yang lain.
Allah sudah memerintahkan “Bacalah Al-Qur’an dengan tartil, dan tajwidilah Al-Qur’an dengan hukum tajwid”. Perintah ini kita usahakan untuk dita’ati sebagai kefardhuan bagi penghafal Al-Qur’an.
Dalam berta’abud kepada Allah kita usahakan Melakukan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam menjalankan perintah jangan hanya melakukan perkara wajib saja. Jangan sampai perkara fardhu kita lakukan tapi kesunnahan kita tinggalkan sama sekali. Dalam menjauhi larangan Allah jangan hanya perkara haram yang ditinggalkan, perkara makruh sebisa mungkin kita hindari. Kita semua mejalani hidup itu diawasi oleh CCTV Abadi, yakni Allah SWT. Maka harus terus berhati-hati. Perkara makruh yang dilazimkan akan menjadikan kecenderungan kepada perkara yang haram. Dan apabila sudah melakukan bahkan menjadi terbiasa dengan perkara yang haram, maka hati akan menjadi gelap sehingga hati menjadi susah menerima apapun termasuk ilmu.
Perkara haram yang dilakukan akan membentuk noda di dalam hati dan titik noda itu bisa dihapus dengan bertaubat. Maka dari itu kita harus senantiasa untuk menghindari larangan Allah dan terus senantiasa bertaubat karena kita adalah tempatnya kesalahan. Allah memberi kita gangguan berupa setan dan gangguan dari diri kita sendiri berupa nafsu. Pengendalian diri sangat penting untuk melawan gangguan tersebut karena Nabi bersabda, “Paling besar-besarnya musuhmu, adalah nafsu yang kamu bawa diantara 2 lambungmu”
*Dinukil dari Mauidzhoh Hasanah Abuya KHM. Ulinnuha Arwani dalam acara muwadda’ah pra liburan dan peringatan Nuzulul Qur’an Podok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Putra-Putri pada 17 Romadhon 1442 H./ 28 April 2021 M. [...]
Read more...
13 April 2022Gambar kitab Yanbu’a dengan sampul terbaru (doc. Yanbu’a.Center)
PROFIL
Nama:Thoriqoh Baca, Tulis dan Menghafal Al-Qur’an Yanbu’aLembaga:Lajnah Muroqobah Yanbu’aTahun Berdiri:2000Diterbitkan:Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Jalan K.H. Muhammad Arwani Kajeksan 24 Kota Kudus 0291 431 610Kantor Pusat:Yayasan Arwaniyyah Kudus Jalan K.H. Muhammad Arwani Kajeksan 24 Kota Kudus 0291 445 161E-mail:lajnahmuroqqobahyanbua.pusat@gmail.comFacebook:YANBUA.CENTERDicetak:PT Buya Barokah Gondang Harapan Gondangmanis Bae Kudus 0291 495 661
VISI
Terciptanya generasi qur’ani yang amali.
MISI
Menciptakan generasi ahli qur’an dalam bacaan dan pengalaman.Nasrul ilmi qiroatil qur’an as-shohihah.Meningkatkan dan menyempurnakan kwalitas qiro’atil qur’an ala qiro’ati Ashim ala Riwayat Hafsh ala thoriq Abil Qosim as-Syathibi.Membumikan rosm Utsmani dan tanda – tanda baca yang ditemukan para ulama salaf .Memasyarakatkan mudarosah dan musyafahah al-Qur’an dengan ahli al-Qur’an sampai khatam.
KITAB – KITAB PEMBELAJARAN
Yanbu’a Pemula
Kitab panduan belajar membaca huruf dibaca pendek dan berharokat fathah
Baca metodologi pengajaran
Yanbu’a Jilid 1
Anak dapat membaca huruf yang berharokat Fatchah, baik yang sudah berangkai atau belum dengan lancar dan benar.Anak mengetahui nama-nama huruf hijaiyyah dan angka-angka ArabAnak bisa menulis huruf hijaiyyah yang belum berangkai berangkai dua dan bisa menulis angka arab.
Baca metodologi pengajaran
Yanbu’a Jilid 2
Anak bisa membaca huruf yang berharokat kasroh dan dhummah dengan lancar dan benar.Anak bisa membaca huruf yang dibaca panjang baik berupa huruf Mad atau harokat panjang dengan benar dan lancar.Anak dapat membaca huruf lain (لين) yaitu Waw/Ya’ sukun yang didahului Fathah dengan benar dan lancar.Anak dapat mengetahui tanda-tanda harokat Fatchah, Kasroh dan Dlommah juga Fatchah panjang, Kasroh panjang dan Dlommah panjang dan Sukun. Serta memahami angka Arab puluhan dan ratusan.
Baca metodologi pengajaran
Yanbu’a Jilid 3
Anak bisa membaca huruf yang berharokat Fathatain, Kasrotain dan Dlommatain dengan lancar dan benar.Anak bisa membaca huruf yang dibaca sukun dengan makhroj yang benar dan membedakan huruf-huruf yang serupa.Anak bisa membaca Qolqolah dan Hams.Anak bisa membaca huruf yang bertasydid dan huruf yang dibaca Ghunnah dan yang tidak.Anak mengenal dan bisa membaca Hamzah Washol dan Al-ta’rif.Anak bisa mengetahui Fathatain, Kasrohtain, Dlommatain, Tasydid, tanda Hamzah Washol, huruf tertentu dan angka Arab sampai ribuan.
Baca metodologi pengajaran
Yanbu’a Jilid 4
Anak bisa membaca lafadh Allah dengan benar.Anak bisa membaca Mim Sukun, Nun Sukun dan Tanwin yang dibaca dengung atau tidak.Anak bisa membaca Mad Jaiz, Mad Wajib dan Mad Lazim Baik Kilmiy maupun Charfiy, Mutsaqqol maupun Mukhoffaf yang ditandai dengan tanda panjang (ۤ) (ۤ).Anak memahami huruf-huruf yang tidak dibacaMengenal huruf Fawatichus Suwar dan huruf-huruf tertentu yang lain. Mengetahui persamaan antara huruf latin dan arab dan beberapa qaidah tajwid.
Baca metodologi pengajaran
Yanbu’a Jilid 5
Anak bisa membaca Waqof dan mengetahui tanda Waqof dan tanda baca yang terdapat di Al-Qur’an Rosm Utsmaniy.Anak dapat membaca huruf Sukun yang diidghomkan dan huruf Tafkhim dan Tarqiq.
Baca metodologi pengajaran
Yanbu’a Jilid 6
Anak dapat mengetahui dan membaca huruf Mad (Alif, Waw, dan Ya’) yang tetap dibaca panjang atau yang dibaca pendek juga yang boleh wajah dua, baik ketika Washol maupun ketika Waqof.Anak dapat mengetahui cara membaca Hamzah Washol.Anak mengetahui cara membaca Isymam, Ikhtilas, tashil, Imalah, dan Saktah. serta mengetahui tempat- tempatnya.Anak dapat mengetahui cara membaca tulisan Shod yang harus dan yang boleh dibaca Sin.Anak bisa mengetahui kalimat-kalimat yang sering dibaca salah.
Pembelajaran dikemas bersamaan pembelajaran al-Qur’an (kelas al-Qur’an)
Preview Yanbu’a Juz 6
Yanbu’a Jilid 7
Anak dapat mengetahui kaidah – kaidah hukum tajwid, meliputi : hukum membaca ta’awudz dan basmalah, hukum tanwin dan nun sukun, hukum mim sukun, gunnah musyaddadah, mad dan lain – lain.
Pembelajaran dikemas bersamaan pembelajaran al-Qur’an (kelas al-Qur’an)
Al-Qur’an Al-Quddus
Al-Quran yang dilengkapi dengan tanda wakaf ibtida dan keterangan – keterangan yang baca para pembaca salah dalam membaca.
Pembelajaran diselingi dengan kitab Yanbu’a Jilid 6 dan 7
Yanbu’a Materi Hafalan
Panduan untuk melatih anak untuk mengahafalkan ayat – ayat pendek dan do’a – do’a harian.
Pembelajaran dikemas dengan Pembelajaran Yanbu’a Jilid Pemula – VII
Yanbu’a Makhorijul Huruf
Panduan untuk melatih anak agar fashih melafalkan huruf
Pembelajaran dikemas dengan Pembelajaran Yanbu’a Jilid Pemula – VII
Yanbu’a Bimbingan Cara Mengajar
Panduan untuk mengajarkan kita Yanbu’a
Pembelajaran dikemas dengan Pembelajaran Yanbu’a Jilid Pemula – VII
Yanbu’a Bendel
Kitab Yanbu’a yang digunakan sebagai pegangan guru
Berisikan Jilid Pemula – VII, Materi Hafalan. Makhorijul Huruf, dan Bimbingan Cara Mengajar
Yanbu’a Tahajji
Panduan untuk mengajarkan anak agar bisa menulis huruf arab, angka arab serta arab pegon.
Terdiri dari : jilid 1, 2, 3 dan 4
Yanbu’a Peraga
Panduan untuk memurojaah secara bersama (klasikal).
Terdiri dari peraga 1a, 1b, 2, 3, 4, 5 dan 6
Kalau belajar Yanbu’a pakailah kitab yang asli supaya barokah dan ilmunya bermanfa’atKH. Muhammad Ulil Albab
Mari serukan tinggalkan bajakan, kitab asli gunakan. Flayer / Twibbon [...]
Read more...