Yang Tersimpan di Dalam Al-Qur’an

Oleh : A’laddinia Assabila

فَجَآءَتۡهُ إِحۡدَىٰهُمَا تَمۡشِي عَلَى ٱسۡتِحۡيَآءٖ قَالَتۡ إِنَّ أَبِي يَدۡعُوكَ لِيَجۡزِيَكَ أَجۡرَ مَا سَقَيۡتَ لَنَاۚ فَلَمَّا جَآءَهُۥ وَقَصَّ عَلَيۡهِ ٱلۡقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفۡۖ نَجَوۡتَ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ [القصص: 25]

Dalam ayat di atas diceritakan bahwa datanglah kepada Nabi Musa salah satu dari kedua putri Syaikh Madyan (Nabi Syu’aib) berjalan dengan malu-malu seraya menutupkan kain kerudung ke mukanya karena malu kepada Nabi Musa. Ia berkata “sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami”. Nabi Musa memenuhi panggilannya dan menolak dalam hatinya upah yang akan diberikan kepadanya, karena seolah-olah wanita itu bermaksud hendak memberi upah dan menganggap dirinya sebagai seorang upahan. Lalu dijelaskan tafsiran ayat diatas :

فمشت بين يديه فجعلت الريح تضرب ثوبها فتكشف ساقيها فقال لها : امشي خلفي ودليني على الطريق ففعلت إلى أن جاء أباها وهو شعيب عليه السلام

(Tafsir jalalain hal 84)      

Kemudian wanita itu berjalan di depan Nabi Musa dan tiba-tiba anginnya meniup kainnya, sehingga terlihat kedua betisnya. Lalu Nabi Musa berkata kepadanya “berjalanlah engkau di belakang ku dan tunjukkanlah jalan itu kepadaku”. Wanita itu menuruti apa yang dikatakan oleh Nabi Musa hingga sampai ke tempat bapak wanita itu , beliau adalah Nabi Syu’aib.

Ketika Nabi Musa telah sampai dihadapannya, ternyata telah disiapkan makan malam, maka Nabi Syu’aib berkata “Duduklah! kemudian makan malamlah.”

Nabi Musa menjawab “Aku khawatir jika makan malam ini seabagai imbalan karena aku telah memberi minum ternak keduanya, sedangkan aku berasal dari Ahlul Bait yang tidak pernah meminta imbalan dari suatu pekerjaan yang baik.”

Nabi Syu’aib berkata “Tidak, ini merupakan tradisiku dan tradisi nenek moyangku. Kami biasa menjamu tamu kami, juga biasa memberi makan.” Setelah penjelasan tersebut, Nabi Musa baru mau memakannya.

               قَالَتۡ إِحۡدَىٰهُمَا يَٰٓأَبَتِ ٱسۡتَـٔۡجِرۡهُۖ إِنَّ خَيۡرَ مَنِ ٱسۡتَـٔۡجَرۡتَ ٱلۡقَوِيُّ ٱلۡأَمِينُ [القصص: 26]

Salah satu dari kedua putri Nabi Syu’aib (wanita yang disuruh menjemput Nabi Musa) berkata : “Wahai bapakku ambillah dia sebagai orang yang bekerja kepada kita, sebagai pekerja kita khusus untuk menggembalakan kambing milik kita, sebagai ganti kami. Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”

Lalu Nabi Syu’aib bertanya kepada anknya tentang Nabi Musa. Wanita itu menceritakan kepada bapaknya semua yang telah dilakukan oleh Nabi Musa. Mulai dari mengangkat batu besar penutup sumur (konon batu itu hanya bisa diangkat oleh 10 orang yang kuat) juga tentang perkataannya “berjalanlah dibelakangku”

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah diatas

  • Etika seorang wanita hendaknya jangan berjalan di depan laki-laki. Kenapa? Karena jika posisi wanita yang berjalan didepan maka wanita itu yang akan menjadi pusat perhatian tatapan seorang laki-laki. Sedangkan, setiap inci dari tubuh wanita adalah keindahan, jadi sebisa mungkin kita menjaga keindahan itu yang mana hal tersebut adalah kehormatan seorang wanita. Semisal : ada angin berhembus kencang yang mengakibatkan jilbab kita tersibak lalu rambut kita terlihat. Jika saat berjalan dibelakang kita ada laki-laki, otomatis dia melihat aurat kita. Jadi perlu untuk hati-hati.
  • Sosok Nabi Musa yang merupakan salah satu contoh lelaki yang menjaga kehormatan wanita. Ketika angin berhembus kencang sampai membuka kain penutup sehingga terlihatlah kedua betis putri Nabi syu’aib, seketika itu beliau meminta agar wanita itu berjalan dibelakang Nabi Musa dengan tetap memberi petunjuk (mengomando) lokasi yang akan dituju (rumah Nabi Syu’aib) andaikan yang berada diposisi Nabi Musa itu bukan lelaki yang baik mungkin dia akan membiarkan wanita itu berjalan di depannya dengan menikmati pemandangan indah, yakni kedua betis wanita tersebut yang terlihat. Tetapi Nabi Musa tidaklah begitu. Beliau menjaga kehormatan wanita yang terlihat.
  • Nabi Musa yang menolak jamuan dari Nabi Syu’aib karena beliau ikhlas membantu tanpa mengharap balasan apapun.
  • Nabi syu’aib sangat menghormati siapapun yang menjadi tamunya dengan dijamu makan-makanan
  • Nabi Musa yang merupakan sosok lelaki idaman, beliau disebut sebagai lelaki yang kuat lagi dapat dipercaya

Mungkin kisah tetang Nabi Musa dengan putri Nabi Syu’aib sudah tak asing di dengar. Sudah familiar. Tapi jika hanya membaca ayat-ayat Al Qur’an saja tanpa memahami maknanya ya percuma, berarti ia tidak tahu apa maksud/inti dari apa yang ia baca. Al-qur’an tidak hanya memuat tentang ilmu tauhid, ilmu syari’at, atau adab saja, lebih dari itu semuanya. Di dalam Al-qur’an selalu ada kisah yang menginspirasi. Kisah diatas hanyalah secuil dari segudang kisah inspiratif yang ada di dalam al-Qur’an. Jika kita mau menyelami mana Al-Qur’an, akan kita temukan banyak mutiara-mutiara yang tersimpan.

A’laddinia AssabilaSantri PTYQ Putri

Bagikan artikel ini
Artikel Terkait
Menyatukan Bacaan
Menyatukan Bacaan27 Oktober 2022

Tinggalkan Balasan